Skip to main content

#Day 10: Renungan di Pagi Hari

Kita atau mungkin hanya saya, sebagai manusia, sudah seharusnya memperluas wadah dalam jiwa kita, untuk masuknya ilmu-ilmu baru, untuk tidak pernah berhenti belajar. Haus akan ilmu. Karena, meungkin, tidak semua pengetahuan yang kita miliki (saat ini) dapat menolong di saat yang dibutuhkan. Di saat-saat seperti itulah dibutuhkan sebuah kearifan, kerendahan hati, untuk menyadari dan mengambil hikmah dari setiap ketidaktahuan yang kita miliki guna memperbaiki diri menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Renungan, pada pagi yang masih mentah.




Comments

orange lover! said…
Dan dari belajar pula kita dapat memandang suatu permasalahan tidak hanya dari satu sisi namun berbagai sisi yang tidak kita pikirkan sebelumnya..
the trouble said…
Kadang aku ngerasa otak ini belum cukup upgrade-an untuk siap untuk menangkap sesuatu yang lebih besar. Payah!
Mariya said…
Hahahaha...makanya uki kalo punya kepala tuh jangan dibikin jadi mangkok.

Popular posts from this blog

"Bagai Pasir di Tanah itu, Aku Tak Harus jadi Penting" (Seno Gumira)

Saya mengutip dari Seno Gumira "Bagai pasir di tanah itu, saya tak harus jadi penting." Karena saya adalah hanya saya, dan kesayaan inilah yang mungkin membuat saya berfikir bahwa saya tidaklah harus menjadi penting dan dipergunjingkan. Ini adalah hidup saya. Saya yang menjalaninya dan sayalah pula yang akan menanggung akibat dari baik atau buruknya suatu perbuatan yang saya lakukan, dan saya mencoba sangat untuk bertanggung jawab atas itu semua. Lalu anggaplah saya hanya sebagai pasir yang terhampar pada gundukan tanah itu, tak ada gunanya memperhatikan saya karena saya hanyalah materi yang mungkin sama dan tak penting. Tapi kenapa sepertinya kehidupan saya menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Saya tidak sedang merasa sebagai selebritis, tapi saya hanya merasa kehidupan saya yang sudahlah amat cukup terisolasi oleh ketidakhadiran dan ketidakpentingan saya, menjadi terusik. Sebenarnya pula saya bisa saja tidak peduli akan semua itu, seperti ketidakpedulian mereka terha...

#Day 5: Kamu di mana?

Kamu di mana? Tolong kembalilah. Tidak tahukah engkau sedari tadi aku gusar, gundah gulana, dan mencak-mencak tak keruan mencarimu. Aku butuh kamu. Tadinya aku pikir kamu sudah berada di kamarku. Lalu aku pun mencari-cari di tiap sudut kamarku. Tapi kau tak terlihat juga. Padahal baru saja kita berbincang-bincang di ruang tamu bukan? Aku hanya meninggalkanmu sebentar saja, kau sudah menghilang. Aku bertanya pada ibu. Ia bilang mungkin kamu ada di kebun bunga matahari. Ehmm mungkin sih.  Ibu terlihat ragu. Aku pun akhirnya berlarian ke kebun bunga matahari. Tapi ternyata fiktif. Itu kebun biasa. Tak ada bunga, tak ada matahari, karena hari sudah malam. Dan kamu pun tak ada di sana. Aku bertanya pada Bapak. Ia menjawab sambil hening membaca koran tentang berita kenaikan harga cabe keriting dan kol gepeng di tanah air. Ia lebih tertarik akan berita ekonomi daripada menjawab pertanyaanku dengan benar. Ia cuma bilang. Mungkin di kamar mandi. Acuh. Aku menuj...