Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Cerpen

Perjalanan Embun dan Pagi

Pagi muncul seperti biasa disambut ritual ayam-ayam yang berkokok, para prenjak yang berjingkat bersiulan, bunga-bunga terompet ungu dan anyelir putih yang baru saja bermekaran mengundang tarian kupu-kupu di sekelilingnya. Parade pagi yang indah. Di ujung sana setetes Embun baru, bertengger pada tepi daun bunga melati, tidak berwarna, namun berkelip indah bagai intan berlian, memberikan kesegaran bagi tiap-tiap nyawa yang disinggahinya. Ia memerhatikan takjub dunia yang menghampar di depannya.  Parade pagi yang indah. Apakah pagi selalu indah seperti ini? Tanyanya. Ya, aku selalu indah seperti ini, segar, sejuk, damai, karena kamu. Pagi menyahut. Setetes Embun yang bertengger di tepi daun bunga melati tersenyum. Tanpa ia sadari Pagi sedari tadi memandangnya menari gemulai membasahi dedaunan. Pagi berkilauan. Dunia baru muncul. Mulai berbenah menyambut hari yang akan segera datang. Pagi berterima kasih pada tetes-tetes Embun yang membuatnya berkilauan....

Empat Sekawan, The Series : Seleen dan Kenangannya

Seleen dan Kenangannya "Mikeu awaassss....!!!" CCIIIITTTS....!!! Adra, Barra, dan Seleen berteriak sekencang-kencangnya, sejadi-jadinya. Beruntung sebuah Madza putih itu punya rem yang pakem. Mikeu yang ada di depannya hanya beberapa centimeter, selamat. Pengemudinya ke luar dari mobil, setengah marah. "Kalau main jangan di jalanan dooong!" "Maaf Pak," Mikeu meminta maaf pada si Bapak pengemudi seraya masuk kembali ke dalam mobil. Mikeu hampir tertabrak mobil itu, tapi ia senang, kucing kecil yang sekarang berada pada genggamannya berhasil ia selamatkan dari lalu lalang kendaraan. Adra dan Barra yang tadi histeris mendekati Mikeu dan kucing kecil yang ia selamatkan, memeriksa kalau-kalau ada yang luka pada Mikeu atau si kucing. "Wah kamu berani sekali Mik, tadi itu hampir aja ya, untung Allah masih sayang Mikeu, jadinya kamu selamat!" Barra menepuk-nepuk pundak Mikeu. "Waahh kucingnya bagus ya Mik, matanya hijau, lucuu...

Empat Sekawan, The Series : Adra dan Cermin Ajaib Mama

Adra dan Cermin Ajaib Mama "Adra tau gak?" "Apa Ma?" Sahut Adra yang sedang menikmati makan sorenya. "Setiap anak cewek mesti nyobain deh gimana rasanya main-main di bawah air hujan" "Oh ya, gimana rasanya Maaaa?" Adra menghentikan makannya yang lahap, ada kerlip dalam pertanyaan Adra. Rasa ingin tahu yang membuncah. "Rasanya magical , seperti sulap, airnya yang bening membuat mata kita berkedip-kedip antara mau melihat airnya yang tumpah ruah dari langit atau terpejam menikmati tiap tetesnya. Lalu airnya yang bening itu membuat kamu seperti ingin menari-nari terus dan terus hingga rasa dinginnya terkalahkan oleh degup jantung kamu yang kencang saat tiap tetesnya menyentuh kulit kamu. Adra mau coba?" Adra semakin ingin tahu apa itu rasa magical yang disebut Mama tadi. "Terus magical itu apa Ma??" " Magical itu rasanya seperti tersulap, seperti ada banyak peri terbang melayang-layang mengelilin...

Empat Sekawan The Series

Dear all, Kalo Enid Blyton punya series Lima Sekawan yang super populer itu, boleh dong kalo saya juga pengen punya series Empat Sekawan yang super cute. Hihihihi... Oh iya sebelumnya perkenalkan dulu Empat Sekawan yang super cute versi saya ini....  Taraaaa...  Perkenalkan ya dari atas dulu, kiri ke kanan, lalu bawah kiri-kanan... Muhammad Azka Al Barra ,  Cowok yang lahir 22 Februari 2012 ini abangnya anggota Empat Sekawan. Disebut si Abang karena lahir lebih dulu dari tiga anak lainnya. Si abang yang berkulit putih ini cenderung pemalu tapi punya inner sight yang tajam. Sifat ke-abang-annya muncul tatkala geng empat sekawan ini dihadapkan pada masalah yang pelik dan rumit, ada saja komentar-komentar bijak yang keluar dari mulut si Abang ini. Si Abang ini “Easy Outside, Hard Inside ” tampak luar si Abang terlihat sangat simple dan sederhana namun siapa nyana ternyata di dalam, si Abang bisa sangat complicated . Selena Ammara Zahila , cewek b...

In My Place

In my place... In my place, were lines that I couldn't change I was lost, oh yeah... ~Coldplay Pagi masih basah oleh hujan yang turun sejak semalam, sinar matahari lamat-lamat muncul dari balik dedaunan arbei yang tumbuh subur di halaman rumah, menembus sela-sela gorden di mana aku menanti datangnya harum robusta favoritku datang.  Dari beranda putih ini dapat kulihat parade kupu-kupu beterbangan mengitar menari-nari di atas bunga-bunga terompet kuning. Pagi yang masih basah ini begitu sempurna, segar, sejauh mata memandang kulihat taman nan elok dengan daun-daun pada pohon yang basah oleh embun dan hujan semalam, burung-burung prenjak tak pernah jenuh bermain-main pada ranting dan dahannya.  Ah ini dia Melanie, dengan baki ditangannya berisi dua cangkir robusta favorit kami dan sepiring waffle hangat tanpa krim yang akan kami nikmati berdua.  "Ran masih tidur?" Melanie mengangguk. "Biarkan, jangan dibangunkan, kan kita bisa pacaran sebe...

Tika juga Ingin Jadi Puteri Indonesia

Hari ini sudah cukup. Betapa bahagianya aku. Bukan. Aku bahagia bukan karena botol-botol aqua plastik dan kardus-kardus bekas memenuhi gerobakku. Bukan pula karena ada relawan yang bagi-bagi sembako yang bisa kubawa pulang untuk istri dan anakku, Tika.  Ya, Tika.... Aku bahagia karena sedari tadi aku membayangkan Tika. Bagaimana reaksinya nanti, cerianya, bahagianya ia menyambutku datang dengan sehelai gaun bagus yang kubawa, gaun yang katanya biasa dikenakan Puteri-puteri dari negeri dongeng. Putriku semata wayang itu pasti akan senang bukan kepalang. Mimpi apa aku semalam, di siang bolong yang begitu terik tadi, ketika ku tengah mengais-ngais tempat sampah sebuah rumah yang besar, sang empunya rumah keluar menghampiri.  "Bapak punya anak perempuan?" tanyanya. "Iya Bu, ada," Jawabku seraya berhenti mengais-ais bak sampahnya. "Berapa umurnya?"  "Seharusnya dia udah sekolah Bu, temen-temen seumur dia udah kelas 1 SD Bu," ...

Dalam Sel Abu-Abu

Tiba-tiba aku merasa lumpuh Gelap… Dingin… Sepi kini memberi arti Karena alasan itu aku ada… Tapi, Aku akan mulai lenyap Senyap… Dalam angkasa yang kian membisu Bahkan hujanpun tak menyuarakan jeruji cairnya saat terserap bumi Dan aku… Aku menciumnya; Aroma itu… Aroma kematian Aku mulai lenyap bagai asap rokok dalam siluet jingga yang kian memudar…perlahan …pelan Diantara lembayung senja setiap sel tubuhku mulai berpendar Tapi aku belum mau pergi Aku mau tetap tinggal bagai Bidadari Wahai kau Sel Abu-abu Ciptakanlah aku kembali… Sisa-sisa kabut peninggalan malam beredar memantul dalam retina matanya. Aroma hijau daun pagi tak mau kalah berebut masuk lubang penciuman mancungnya menuju dua klep paru-paru di antara belulang iganya. Kicauan burung pagipun merdu bermain-main dalam gendang telinganya. ‘Wahai Kau Ksatriaku, selamat pagi… Lihatlah, pagi ini begitu sempurna. Namun, mengapa Kau hanya diam berdiri dan menatapnya nanar di balik jendela kamarmu yang mewah ini? Bergegaslah Sayang pa...