Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2009

Life Twice Over

Cerpen ini saya buat berdasarkan tugas mata kuliah Writing semester tiga ( lol) Once in a while, ri ght in the middle of an ordinary life, the wind blew hard the wh ole day. The earth was bathed in tears from the sky. And I was lying outside on the floor of ceramic in front of t he closing door, so sleepy but I wasn't able to sleep because it was terrible cold and the grayish black hair of my body couldn't cover me well. I thought I need someone to cuddle me up. The grass on the ground were wet and mud w as everywhere. The growl sou nd of my stomach was disturbing me a lot. I was starving and I forgot the feeling of a full belly. I didn't even think I could have my feet stood on the solid earth for my weakness. I couldn't exactly remember the last supper i had. To be survived I used to find the meal o n the garbage behind the house or to wait the neighbor showed me affectio n by giving me scrap from their excellent pets. Ones that saw me in this situation probab

Lagi Malas

Lagi malas nulis nih... Maunya tidur aja... Nonton, atau baca komik jadi jauh lebih menyenagkan ketimbang nulis. Menulis capek, gak ada juga yang baca, tapi bukan masalah gak ada yang baca juga sih. Buat aku ada atau tidak ada orang yang baca tulisanku bukanlah masalah. Yang terpenting dalam kegiatan tulis-menulis yang aku jalani ini adalah masalah "will" atau keinginan untuk menulis yang sekarang ini sedang menurun drastis statistiknya dalam rentetan jadwal harianku. karena bagiku tulisan adalah salah satu cara untuk mengabadikan suatu moment, perasaan, recollecting memories. Hmmm... Kenapa ya kok sindrom malas nulis ini justru timbul disaat liburan panjang seperti ini, ketika banyak sekali waktu luang dan minim kegiatan di luar rumah. Padahal sewaktu lagi sibuk-sibuknya kuliah dan banyak tugas, hal yang paling ingin aku lakukan itu nulis, blogging all the time, playing the words, and manipulating minds. Tapi kok ketika dihadapkan dengan huruf-huruf dan juga kata-kata yang h

Senja untuk Putri Tidur

Senja selalu tampak seperti suatu yang murung dan suram, kesan yang letih bagi sebagian orang, menyisakan warna jingga, me merak kegelapan, menggoyangkan fatamorgana pada garis horison sejauh mata memandang barat. Tapi tidak bagi Lara... Senja tidak selalu tampak murung dan suram yang merupakan transisi menuju dunia gelap namun gemerlapan penuh bintang. Senja pada dunianya selalu tampak indah, memunculkan burung-burung bangau yang terbang pulang, perahu nelayan yang bagai mendendang menyambut angin laut, dan debur ombak pantai serta nyiur yang mengharmonisasi, senja selalu tampak indah bagi Lara. Lara tak pernah letih menantikan senjanya. Karena baginya senja merupakan suatu hadiah alam yang menuntunnya selalu pada suatu malam, waktu dimana semua orang diwajarkan untuk tidur. Dalam tidurnya, pada malam- ma lam yang di antarkan senja keperaduan, dunia lain menjemputnya. Dunia yang hanya dapat ia temui pada malam saat k esadarannya terpaku pada apa yang tak bisa ia raih pada waktu mata

Aku Memang Cuma...

Sedari tadi aku asyik memperhatikannya. Dia yang sering sekali mampir kesini seorang diri pada pagi yang masih bening, mengenakan kerudung pink yang mungkin merupakan warna favoritnya. Duduk terdiam, kadang tersenyum kecil memandangku, kadang mengerutkan dahi seperti sedang berpikir, kadang bergumam sendiri seolah sedang bercerita padaku dan sering sekali menulis dihadapanku. Sebuah buku tulis kecil ditangan kirinya dan sebatang pulpen berwarna jingga ditangan satunya, bahkan aku bisa sangat hafal gaya duduknya yang dengan santai menopangkan kaki kanan di atas kaki kirinya sehingga tercipta sebuah sudut tempat buku kecil itu bersandar ketika ia mengayunkan pulpen jing ga di atasnya. Lagi-lagi ia memandangku dengan penuh senyum lalu mencoret sesuatu pada buku kecil itu. Lagi-lagi melirik kearahku, berkali-kali pula ku perhatikan ia menghitung jumlah daunku yang ditempeli oleh kepompong ulat bulu, matanya yang menerawang berkejap-kejap saat membedakan benalu yang melekat kuat pada batang

Paper and Pen Fetish

Well, it doesn't seem that I really good at blogging. I have started so many blogs: four of them are already published and the two others are secretly known. I wrote so many articles, short stories, or any kind of writing on 'em, but they have fallen by the wayside. Maybe it's because of my paper and pen fetish. I find that it is easier to put my thoughts down on paper with a pen or more wit h many colorful doodle on 'em. When I was a kid, or teenager (wait, it doesn't mean that I'm old now, you can consider me as a young lady instead) I wrote my heaps, and kept my diaries was a kind of ritual for me. I couldn't sleep unless I had written on my diaries. Believe me or not from now on I have three or four!! I am totally happy with paper and pen. I love the smell and feel of em, the sight of me buying a new book--which I probably don’t need--is akin to someone choosing good fruit. I hold them, stroke them, smell them, weigh them in my hand. I can't pass a

The Joker Si Tukang Onar

"Tukang Onar" mungkin itu adalah julukan yang tepat baginya. Ia si pembuat onar, si tukang onar, namanya The Joker. Dalam cerita komik ia adalah salah satu musuh Batman yang hobinya bikin onar, rusuh, rame dan pecinta chaos. Meskipun ia tidak mempunyai kekuatan super apapun namun ia bisa dibilang musuh yang paling berbahaya bagi Batman. Ia memang suka sekali bercanda dan tertawa namun membuat orang kesal adalah keahliannya. Membuat kejahatan baginya adalah hal yang menyenangkan dan yang lebih parahnya lagi, orang ini melakukannya hanya demi kesenangannya. Itulah karakter si Joker, sebuah tokoh di Gotham city yang tidak akan pernah membiarkan Batman tidur dengan nyenyak di kota yang serba gelap itu. Dalam hidupku aku juga mengenal seorang yang menyebut dirinya The Joker, karena sifatnya

Another Social Networking

Bosen sama facebook??? Gabung bersamaku di PLURK, sebuah social networking yang juga bisa berfungsi sebagai mini blog atau disebut juga mikroblog. Disebut sebagai mikroblog karena kita hanya bisa menggunakan maksimum 140 karakter untuk posting apa saja yang sedang kita lakukan. Yup, memang hampir sama dengan Twitter yang fungsinya untuk menghubungkan dan juga memeberitahu teman-teman kita s esama pengguna networking apa yang sedang kita lakukan dalam dunia maya maupun dunia nyata, mirip pesan sms atau update status di Facebook tapi yang ini lebih private. Yang membedakan PLURK dengan Twitter yaitu, update PLURK lebih kronologis karena disajikan dalam bentuk jam dan waktu atau timeline. Dalam komunitas PLURK ini dikenal sebuah status yang disebut s ebagai KARMA , yaitu suatu penilaian tertentu terhadap kegiatan anggotanya. Semakin tinggi poin karma seorang pengguna, maka semakin banyak pula fasilitas yang akan ia diperoleh. Sistem inilah yang mendorong para Pluker untuk terus aktif d

Penjaga Malam dan Tiang Listrik (SGA)

This is one of my favorite short stories written by Seno Gumira Ajidarma. Ia selalu menjaga malam, agar malam tetap menjadi malam seperti yang paling dimungkinkan oleh malam. Ia menjaga malam, agar bulan tetap menjadi rembulan seperti yang dipandang manusia dari bumi setiap malam. Ia menjaga malam, agar tikus tetap menjadi tikus yang keluar dari got, merayap di tengah pasar, mencari makanan dalam kegelapan. Itulah tugas sang penjaga malam, betul-betul menjaga malam yang kelam agar tetap menghitam, sehingga bayang-bayang bisa berkeliaran tanpa pernah kelihatan, mengendap-endap tanpa suara dalam penyamaran. Malam memang selalau samar dan ia harus tetap menjaganya agar tetap samar-samar. Segala seuatu serba samar-samar di malam hari, seperti kita melihat pencuri, tapi tidak pernah tahu bahwa bagaimana ia mencuri. Adalah menjadi tugasnya agar sepanjang malam yang kelam para pencuri tetap bisa bergerak bebas dalam kegelapan, berkelebat menghindari cahaya bulan, menyelinap ke

The Boy Who never Listened

One day a mother said to her son, "I must go out now and do some shopping. I want you to look after the house." "Yes, mother," the boy said. But he was not listening. He was interested only in his game. "There are three people will come to the house: first the butcher, then my friend and lastly a beggar," his mother explained. "Are you listening to me?!" cried the mother. "Yes, Mom," said the boy, but his eyes didn't leave his game. "Very well, when the butcher comes, tell him that his meat is too fat and he must never come here again!" ordered the mother. "Ask my friend to come in and give her a cup of tea. Finally give the pile of old clothes by the door to the beggar. Do you understand??" "All right Mom," answered the boy but still playing with his game. The mother went out and soon there was a knock at the door. The boy put his game down and went to open it. He saw a pile of clothes by the door. &qu

To You I Belong

This Video I dedicated for my best Friends ever... Miss to see you gals, this vid reminds me of you, Dwi, Ci, Arvi... Miss you so bad... You gals had left me alone in a desert world.... Rain fell down You were there I cried for you when I hurt my hand Storm a-rushing in Wind was howling I called for you, you were there Whenever dark turns to night And all the dreams sing their song And in the daylight forever To you I belong Beside the sea When the waves broke I drew a heart for you in the sand In fields where streams Turn to rivers I ran to you, you were there Whenever dark turns to night And all the dreams sing their song And in the daylight forever To you I belong I ran to you, you were there Whenever dark turns to night And all the dreams sing their song And in the daylight forever To you I belong To you I belong To you I belong

Pujangga dan Khayalan...

Pujangga, mengimitasi segala imitasi, begitulah kata Plato, semuanya hanyalah pencitraan, mimesis, bukan kenyataan. Dia bagai seorang pujangga bagiku, dia yang selalu duduk tepat disatu garis horizontal, dihadapanku, mimesis baginya adalah interpretasi, menakar pencitraan yang tak terjangkau. Pernah suatu ketika, pada kesempatan dimana kami dipertemukan untuk bertukar pikiran, ia mengungkapkan padaku tentang langit yang begitu hitam sampai batasnya dengan bumi hilang, karena bintang dan lampu-lampu kota bersatu, seolah-olah berada pada satu bidang. Manusia hanya bisa menginterpretasikan itu semua, katanya dan semua itu adalah citra sang Maha. Dia pujanggaku, dia dianugerahi kemampuan untuk menginterpretasikannya dengan tepat, memimesis dengan sempurna, meski terkadang terdengar irasional, namun akan selalu indah ditelingaku. Itulah salah satu cara agar aku bisa mengerti bahasa Tuhan, tambahnya lagi. Namun aku, aku tidak sepertimu, ujarku pada kesempatan itu, saat mata kami bertemu dan

At the Bridge (cerita ngecapruk semester 3)

--> “…datang tak dijemput pulang tak diantar datang tak dijemput pulang tak diantar… datang tak dijemput pulang tak diantar…” In the dark room Lara chanted the mantra for a hundred times but there was no spirit came into the doll she called Jelangkung which stood with a raggedy smile in front of her. She stared sharply to the doll, hoped that the death spirit of her husband, Lana would come into it and talk to her but silence was what she got. The twinkle light of the candles around her gave a gloomy vision into her eyes. She was listening carefully wished that she would hear any whispering soul in that room but there was no sound. She was at the end of her tether. She missed her husband so much. He died leaving too much memory in her mind and this night was the same date with a day he left her a year ago. Many mystical rituals she had done to call the death spirit of her husband including the mediation of Jelangkung and the doll of Ninik Thowok of the Javanese ce
"Kamu siapa?" Perlahan ia membuka mata kecilnya yang sedari tadi lengket tak terbuka. "Kau bodoh! Mana ia tahu siapa dirinya!" "Benar juga! kalau begitu kita saja yang kasih tahu siapa dia." "Lagi pada ngapain sih?" tanya Curly yang tiba-tiba datang menyeruak diantara dua tubuh kami yang duduk hampir tak berspasi memperhatikan kucing kurus yang tergeletak sekarat dihalaman rumah kami. Kucing itu mengeong tipis, didapatinya tiga makhluk aneh dihadapannya saat mata kecilnya yang sedari tadi lengket terkatup telah terbuka lebar sempurna. "Kita kasih nama Intan saja, seperti tante sebelah rumah kita itu."

Aku Cuma Ingin Seimbang.

Ada masa dimana aku merindukan diriku yang seutuhnya seimbang apa adanya, namun ada kalanya aku ingin keluar dari raga ini dan entah menjadi apa... bagai asap aku ingin menguap berkondensasi menghasilkan bulir-bulir air yang kemudian terserap tanah...aku ingin hilang. Bagaimana jika aku menghilang dan meninggalkan orang orang yang ku sayang. Mereka tetap menjadi mereka dengan keberadaan maupun ketidakberadaanku. Aku ingin larut dalam kesempurnaan bayangan yang hanya membuatku tampak seperti aku pada diriku yang menginginkan keseimbangan. Keseimbangan bagiku ada dalam keheningan yang kuciptakan sendiri, keterdiaman yang membuatku berpikir tentang aku, hidupku, tujuanku, dan hal-hal yang membuatku seperti ini, namun dalam keheningan itu, dalam keterdiaman kumendengar banyak suara yang menunutunku melakukan ini dan itu, membisikan ketelingaku yang benar dan yang salah, semua memintaku menjadi ini dan itu. Suara-suara dalam keheningan ini menjadikannku seperti orang lain yang tak kukenal,

Kami yang Menginap di Lab

Kalian lihat gambar gadis di sebelah ini? biar ku perkenalkan... Namanya Intan Keumalasari, namun itu beberapa hari yang lalu, sekarang telah berubah menjadi....(akan kuberitahu nanti). Lalu perhatikan dengan seksama gambar tersebut. Di hadapannya, sebuah layar komputer yang menyala, headset, handphone, buku, dan bibir yang manyun menghiasi wajahnya yang saat itu sangat sulit untuk disebut manis. Kalian tahu apa yang sedang dilakukannya? Hampir benar kalau kalian menjawab dia sedang SERIUS mengerjakan tugas kuliah atau mengerjakan skripsi. Namun tidak seSERIUS yang kalian lihat. Dia sedang meratapi nasibnya yang menurutnya amat malang pada saat itu. Dia berpikir, seharusnya malam itu dihabiskannya tertawa konyol menyimak si lucu .... atau sitampan bloon ... dalam serial favoritnya "Boys before Flowers". Namun malam itu dia harus bergelut dengan nasibnya sendiri ditemani buku-buku teori pascakolonial, suasana lab bahasa yang dipenuhi nyamuk-nyamuk yang mempunyai DNA sar