Skip to main content

Daun

Daun mangga yang telah kuning itu terjatuh.

Rantingnya sedikit bergoyang, ia kikuk.

Daun itu melayang, menyentuh centil kepala seorang gadis yang duduk di bawahnya. Lalu melayang lagi.

Gadis itu tersenyum, kuning warna favoritnya. Ia hanya tersenyum.

Warna kuning itu menyentuh tanah dekat dengan kaki gadis yang tersenyum itu.

Ia bangun berdiri.

Kakinya santai menginjak pucuknya lalu pergi…

Ia memilih ilalang di ujung sana.

Daun telah mati, namun setidaknya ia telah juga tersenyum bisa membelai kepala sang gadis yang penuh senyum pada seperdetik sisa hidupnya.


~Buat si Mai Roza yang suka warna kuning dan tersenyum~

Comments

Oza said…
Wouwwwwww!!!!!!!
saya sangat tersanjung kak!!!!
mau bilang apa ya??????
terima kasih sudah menginterpretasikan rasa suka saya terhadap kuning dan nama saya tertulis begitu anggun disana hahahahhah
thanks for salling my complete name :e .....
senang-senang-senang!!!
semakin cinta deh sama kuning :h

Popular posts from this blog

Jadikan Aku yang Kedua!

"Jadikan aku yang kedua... Buatlah diriku bahagia..." Lirik lagu Astrid ini tetiba terngiang-ngiang saat saya membaca status FB (anonim) yang di-share oleh teman saya. Baca deh... dan buat Ibu-Ibu yang anti poligami siap-siap geregetan yaaa... Terlepas ini postingan siapa, anonim sekalipun, saya cuma mau bilang, ke pasar gih Mbak, beli ketimun yang banyak. Oppss!! Sorry terdengar tidak senonoh dan hardcore yaaa, gimana nggak, kata-kata yang tertulis dalam statusnya juga seputar itu kan? "kenapa hanya tidur dipelukan satu istri saja?" Hey, menjadi seorang imam itu bukan hanya masalah di tempat tidur, dan statement itu lebih kepada nafsu bukan sunnah. Oke well, masalah nafsu, birahi, itu manusiawi dan sesuatu fitrah, jikaaa... hanya jika disampaikan dengan cara yang fitrah juga. Nafsu yang seperti ini selalu dikaitkan dengan sunnah, padahal (cmiiw, sunnah Nabi yang lain itu banyak keleeuuss, kalau memang tujuannya adalah mengikuti sunnah Nabi). Berpoligami t...

#Day 7: Daisy, Kumbang dan Matahari Bercerita pada Taman

Than there to look upon the daisy, That for good reason men do name The ‘day’s-eye’ or else the ‘eye of day,’ The  Empress,  and flower of flowers all. I pray to God good may her befall.   ~Chaucer   Adalah bunga liar nan tumbuh bergerombol, kecil-kecil dengan warna putih dan nektarnya yang kuning, semarak menghiasi taman dengan kemilau yang mengharmonisasi hijau daun dan alang-alang. Ia selalu ingin bisa seperti mereka yang indah dan anggun menghiasi taman. Ia kemudian hanya bisa tersenyum simpul, tangkai dan kelopaknya berdansa kian kemari tatkala angin semilir meniup kehidupannya yang nyaris sempurna. Chaucer berfilosofi, daisy adalah "the day's eye" matanya hari, matahari. Ia mencuri bentuk Matahari. Bentuknya menyerupai mata sang hari, yang begitu indah menerangi. Tapi di sudut taman ini, ada setangkai Daisy yang merasa kelabu, harapannya kosong. Daisy yang tidak pernah bisa percaya diri, Daisy yang tidak pernah bisa melihat bahwa dirinya sa...