Skip to main content

Ika, Bieber, and SM*SH

Sore di hari libur nasional itu saya pergi ke sebuah toko buku, dan taraaaaa di sana saya bertemu dengan adik kelas saya yang postur tubuhnya tuh impian cewek-cewek banget deh hehe (kadang malu kalo jalan di samping dia, yet she's too tall and of course slim lol).
Jadilah saya hanging around sama si Pecinta Langit Sore ini, yup namanya Ika alias si @kertasburam.

Dan inilah yang ia lakukan di toko buku tersebut, coba perhatikan buku apa yang ia pegang. Hehehe


I asked her, "OMG Ikaaaaa.... Do you fancy buy and read that book??"
Hahaha tentu saja dia tidak mungkin baca buku itu, di tengah stressnya ia membaca segudang teori feminisme untuk skripsinya, hanya saja sudah menjadi tradisi bagi saya, Ika dan juga Maria alias @qiebwannatwit mocking that pop culture stuff on twitter by sarcastically pretending to be crazy about that silly boyband madness in our age. Hihi, that's why I pictured her with the book on her face and twitpic that hohhohoho.

Lalu lihat juga gambar yang ini. Salah satu idolanya anak-anak gaol jaman sekarang yang bukunya juga dijual di toko buku tempat saya hanging around with Ika kemarin. Sayang sekali si Nona Ika ini malu-malu difoto bareng Mas yang-menurut-anak-abege-tahun-2011-ini-coollzzz-abess (baca: Bieber) coba kalo fotonya seperti gambar disebelahnya, mau gak ya diaaaa hahaha. Paling dia hanya berkomentar, Oh my gosh Desssiiiiiiiiiiii hahahaha


Comments

Mariya said…
U SM*SH me...Bieber oh no! I really heart u... SM*SH...Dweeeennk!

Popular posts from this blog

"Bagai Pasir di Tanah itu, Aku Tak Harus jadi Penting" (Seno Gumira)

Saya mengutip dari Seno Gumira "Bagai pasir di tanah itu, saya tak harus jadi penting." Karena saya adalah hanya saya, dan kesayaan inilah yang mungkin membuat saya berfikir bahwa saya tidaklah harus menjadi penting dan dipergunjingkan. Ini adalah hidup saya. Saya yang menjalaninya dan sayalah pula yang akan menanggung akibat dari baik atau buruknya suatu perbuatan yang saya lakukan, dan saya mencoba sangat untuk bertanggung jawab atas itu semua. Lalu anggaplah saya hanya sebagai pasir yang terhampar pada gundukan tanah itu, tak ada gunanya memperhatikan saya karena saya hanyalah materi yang mungkin sama dan tak penting. Tapi kenapa sepertinya kehidupan saya menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Saya tidak sedang merasa sebagai selebritis, tapi saya hanya merasa kehidupan saya yang sudahlah amat cukup terisolasi oleh ketidakhadiran dan ketidakpentingan saya, menjadi terusik. Sebenarnya pula saya bisa saja tidak peduli akan semua itu, seperti ketidakpedulian mereka terha

Quatrain About a Pot

"On a nameless clay I see your face once more My eyes are not that dim, obviously for seeing what is not there What is the worth of this pot, anyway, save part illusion? something that will break one day and for us to make eternal" (Goenawan Mohamad)

The Boy Who never Listened

One day a mother said to her son, "I must go out now and do some shopping. I want you to look after the house." "Yes, mother," the boy said. But he was not listening. He was interested only in his game. "There are three people will come to the house: first the butcher, then my friend and lastly a beggar," his mother explained. "Are you listening to me?!" cried the mother. "Yes, Mom," said the boy, but his eyes didn't leave his game. "Very well, when the butcher comes, tell him that his meat is too fat and he must never come here again!" ordered the mother. "Ask my friend to come in and give her a cup of tea. Finally give the pile of old clothes by the door to the beggar. Do you understand??" "All right Mom," answered the boy but still playing with his game. The mother went out and soon there was a knock at the door. The boy put his game down and went to open it. He saw a pile of clothes by the door. &qu