Skip to main content

Ibu, Beri Tahu Aku

Ibuku berkata padaku suatu kala:

Putriku sayang, sejak kapan kau tahu arti sesungguhnya dalam tangisanmu?? Kau tak tahu apa-apa saat itu, karena kau masihlah berusia sekitar dua atau dua setengah aku tak yakin pasti. Yang kau mengerti hanyalah tangis ketika perutmu mulai perih dan kerongkonganmu kering.

Kau hanya menangis tanpa tahu arti sedih. Cuma dari tangisku kau tahu sesuatu yang menyakitkan terjadi, mendesak dada dan merenggut air mataku.

Sesuatu yang sedih.

Saat itulah Nak, kau telah tahu apa arti tangis. Sejak saat itu kau tak pernah melihat ayahmu lagi. Tapi kau tidak menangis, sebab menangis hanya mungkin ketika kau melihatnya pergi. Ia hilang, lenyap begitu saja.

Tapi dari wajahmu kutahu engkau juga amat sedih. karena kau baru saja mengerti apa itu sedih.

Tapi kini sayang, aku telah bisa mneatasi kesedihanku, agar kau pun tak larut dalam kebersedihan yang kau tak ingin ada di dalamnya. Diam dan lupakan. Diam dan lupakan adalah obat mujarab bagi segala kebersedihan. Lupakan kemudian diam.

Sebab aku telah mengosongkan diriku, aku diam tak pernah mempertanyakannya. Hanya kau yang kutahu selalu merengek jawaban. Kelak, ketika kau dewasa nanti, kau akan tahu arti diam dan kekosongan dari segala harapan. Kau akan tahu rasanya hampa, yaitu keadaan dimana tak ada bahasa untuk mengerti.

Ibuku tersayang, senyumku kala itu.
Seperti katamu, aku akan diam dan melupakan, aku telah tumbuh dewasa dan tak lagi mempertanyakan. Tapi takkan kubiarkan aku kosong dari segala kehampaan dan harapan.
Aku tahu rasanya hampa, maka tak kubiarkan ia datang lagi, dan membuat hampa kedua kalinya.

Comments

Dessy Aster said…
Tulisan ini ku buat ketika ia datang untuk kesekian kalianya dalam kesia-siaan karena hatiku yang batu.

Maafkan aku...
Hello I'm Na said…
What a lovely words, kak. Hanyut. :'O

Popular posts from this blog

Jadikan Aku yang Kedua!

"Jadikan aku yang kedua... Buatlah diriku bahagia..." Lirik lagu Astrid ini tetiba terngiang-ngiang saat saya membaca status FB (anonim) yang di-share oleh teman saya. Baca deh... dan buat Ibu-Ibu yang anti poligami siap-siap geregetan yaaa... Terlepas ini postingan siapa, anonim sekalipun, saya cuma mau bilang, ke pasar gih Mbak, beli ketimun yang banyak. Oppss!! Sorry terdengar tidak senonoh dan hardcore yaaa, gimana nggak, kata-kata yang tertulis dalam statusnya juga seputar itu kan? "kenapa hanya tidur dipelukan satu istri saja?" Hey, menjadi seorang imam itu bukan hanya masalah di tempat tidur, dan statement itu lebih kepada nafsu bukan sunnah. Oke well, masalah nafsu, birahi, itu manusiawi dan sesuatu fitrah, jikaaa... hanya jika disampaikan dengan cara yang fitrah juga. Nafsu yang seperti ini selalu dikaitkan dengan sunnah, padahal (cmiiw, sunnah Nabi yang lain itu banyak keleeuuss, kalau memang tujuannya adalah mengikuti sunnah Nabi). Berpoligami t...

"Bagai Pasir di Tanah itu, Aku Tak Harus jadi Penting" (Seno Gumira)

Saya mengutip dari Seno Gumira "Bagai pasir di tanah itu, saya tak harus jadi penting." Karena saya adalah hanya saya, dan kesayaan inilah yang mungkin membuat saya berfikir bahwa saya tidaklah harus menjadi penting dan dipergunjingkan. Ini adalah hidup saya. Saya yang menjalaninya dan sayalah pula yang akan menanggung akibat dari baik atau buruknya suatu perbuatan yang saya lakukan, dan saya mencoba sangat untuk bertanggung jawab atas itu semua. Lalu anggaplah saya hanya sebagai pasir yang terhampar pada gundukan tanah itu, tak ada gunanya memperhatikan saya karena saya hanyalah materi yang mungkin sama dan tak penting. Tapi kenapa sepertinya kehidupan saya menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Saya tidak sedang merasa sebagai selebritis, tapi saya hanya merasa kehidupan saya yang sudahlah amat cukup terisolasi oleh ketidakhadiran dan ketidakpentingan saya, menjadi terusik. Sebenarnya pula saya bisa saja tidak peduli akan semua itu, seperti ketidakpedulian mereka terha...