Skip to main content

"Bagai Pasir di Tanah itu, Aku Tak Harus jadi Penting" (Seno Gumira)

Saya mengutip dari Seno Gumira "Bagai pasir di tanah itu, saya tak harus jadi penting." Karena saya adalah hanya saya, dan kesayaan inilah yang mungkin membuat saya berfikir bahwa saya tidaklah harus menjadi penting dan dipergunjingkan. Ini adalah hidup saya. Saya yang menjalaninya dan sayalah pula yang akan menanggung akibat dari baik atau buruknya suatu perbuatan yang saya lakukan, dan saya mencoba sangat untuk bertanggung jawab atas itu semua.


Lalu anggaplah saya hanya sebagai pasir yang terhampar pada gundukan tanah itu, tak ada gunanya memperhatikan saya karena saya hanyalah materi yang mungkin sama dan tak penting.
Tapi kenapa sepertinya kehidupan saya menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Saya tidak sedang merasa sebagai selebritis, tapi saya hanya merasa kehidupan saya yang sudahlah amat cukup terisolasi oleh ketidakhadiran dan ketidakpentingan saya, menjadi terusik.

Sebenarnya pula saya bisa saja tidak peduli akan semua itu, seperti ketidakpedulian mereka terhadap saya yang dulu hanya sebagai pasir di tanah itu terinjak, tersapu, beterbangan, bahkan kalaupun ada kucing yang buang hajat disitu siapa yang peduli. Mungkin sekarang saya menjadi perhatian mereka karena mungkin sekarang saya adalah setitik pasir yang telah berhasil terbang dan masuk ke mata seseorang yang mungkin saja bisa membutakannya dan menyakiti matanya. Dan seseorang ini adalah orang yang amat teramat penting bagi semuanya, bagi mereka yang hidupnya sangat penting dan penuh dengan kepentingan-kepentingan yang mungkin saja membuat mereka menjadi sangat penting.

Setitik pasir yang kecil ini ternyata bisa menjadi hal yang besar (besar untuk menjadi masalah). Mereka sekarang bertanya-tanya sebenarnya siapa yang mengusik dan terusik. Mungkin yang benar terjadi pada akhirnya adalah saya yang tak penting ini mengusik kehidupan mereka yang amat penting, bukan mereka yang mengusik kehidupan saya yang dari dulu memang sudah tidak penting.

Namun, saya yang amat sangat tidak penting tidak pernah minta dan berniat beterbangan hingga pada akhirnya masuk dan melukai sang mata seseorang itu. Pada anginlah yang mengantarkan saya pada sang mata seseorang yang penting itu. Dan pada anginlah seharusnya mereka bertanya-tanya kenapa setitik pasir ini harus mendarat pada mata seseorang yang amat begitu sangat pentingnya.

Sekarang apa yang harus dilakukan oleh setitik pasir kecil yang karena ketidakpentingannya menjadi sangat mengusik kehidupan mereka....???????????

Comments

Jieb m@n said…
"Aku tak penting, karenaku hanya setitik pasir yang mudah diusir, tak punya arti..."
kata-kata itu bukanlah kata-kata yang selalu bisa diucapkan oleh orang yang merasa dirinya tak penting. karena, penting atau tidaknya, bukanlah dirinya yang bisa pastikan. tetapi orang yang bisa merasakan dirinya ada, jua mengerti bahwa semaunya tak ada yang tak punya arti....
pernahkah terpikir mengapa pasir diciptakan berbutir-butir? bukan berbongkah-bongkah?
pernahkah terpikir mengapa di dunia hanya ada gurun pasir? tapi tak ada gurun batu?
pernahkah terpikir....?
cobalah kau pikir.....!!!!
Anonymous said…
"As long as he loves you"
who cares anyway about the other jealousy,hehe... :) Love U ah...
Anonymous said…
Jiebman.., uh please degh agar tidak terlalu banyak berpikir..,yah pusing tau klo harus mikir mulu..,your mind should take a rest for a while :)

Popular posts from this blog

Quatrain About a Pot

"On a nameless clay I see your face once more My eyes are not that dim, obviously for seeing what is not there What is the worth of this pot, anyway, save part illusion? something that will break one day and for us to make eternal" (Goenawan Mohamad)

The Boy Who never Listened

One day a mother said to her son, "I must go out now and do some shopping. I want you to look after the house." "Yes, mother," the boy said. But he was not listening. He was interested only in his game. "There are three people will come to the house: first the butcher, then my friend and lastly a beggar," his mother explained. "Are you listening to me?!" cried the mother. "Yes, Mom," said the boy, but his eyes didn't leave his game. "Very well, when the butcher comes, tell him that his meat is too fat and he must never come here again!" ordered the mother. "Ask my friend to come in and give her a cup of tea. Finally give the pile of old clothes by the door to the beggar. Do you understand??" "All right Mom," answered the boy but still playing with his game. The mother went out and soon there was a knock at the door. The boy put his game down and went to open it. He saw a pile of clothes by the door. &qu