Skip to main content

#Day 8: Idola Baru

Dear guys! 
Hari ini saya akan menjawab tantangan #Day8, idola. Tercetus dari si Pecinta Langit Sore @yyunikaa pada suatu sore di twitter, sejak saat itu saya berpikir, siapa ya yang akan saya tulis. Idola saya yang mana ya?
Terpikir untuk menulis tentang Ibu. Tapi gak jadi karena saya yakin setiap anak pasti mengidolakan ibunya, tak perlu dipertanyakan lagi.
Kemudian saya berpikir keras lagi, apa saya tulis tentang Johnny Depp aja, saya kan ngefans berat sama doi. Tapi urung lagi, dia udah banyak jadi idola berjuta-juta manusia di dunia. Saya anti mainstream haha. Lalu pikiran saya nyangkut ke Dewi Lestari dan Seno Gumira atau Salman Rushdie, penulis idola saya. Ah tapi nanti postingannya akan panjang sekali.
Akhirnya saya merefresh pikiran dulu sambil blog walking, bacain satu-satu postingan kalian semua para blogger #30HariBlogging dan sampailah saya pada salah satu blog yang jarang banget dishare di jejaring sosial.
Coba tebak blognya siapa.

Taraaaaaa...!! Udah tau pasti blognya siapa itu.
Entah kenapa dia gak pernah share tulisannya di jejaring sosial, padahal boleh percaya boleh nggak, setiap kali saya baca tulisannya yang konyol-konyol itu saya jadi terharu, tapi bahagia, tapi juga ngakak, tapi juga mules saking gelinya, tapi ahhh entahlah susah menerjemahkan perasaan ini.
Yang jelas anak ajaib yang satu ini, dengan kepolosannya, dengan kecuekkannya, dengan celotehan-celotehannya juga kekreatifannya berhasil membuat saya luruh *aih.
Ketika pertama kali ketemu anak ini, terus jalan bareng, terus ngajarin saya potosop, bikinin saya Kepala Bunga, terus bantuin kerjaan saya, terus baca tulisannya, saya menemukan sesuatu yang lama hilang dari diri saya. Tertawa lepas.
Dan saya menemukannya barusan setelah baca blog si anak mangkok ini. Karena mungkin saat ini itulah yang saya butuhkan, humor humor humor humor seperti yang tertulis di bio anak ini. Dan sejak saat itulah saya menasbihkan dirinya sebagai idola baru saya (nah loh Uki)

Aduh terima kasih sekali Uksay, kamu telah mencerahkan hariku... hehe
Tolong jangan pernah pergi dariku
*hadeuh* *mulaiposesip*



PS: Aku dukung kamu bikin komik!!!

Comments

the trouble said…
*scrolling up*
*baca ulang postingannya*
*scrolling up lagi*
*baca ulang postingannya*
*scrolling up sekali lagi*
*baca ulang postingannya*

Mwihihi...
Anda menemukan idola yang salah!! :p
the trouble said…
BTW, makasih ka bunga, sudah mengidolakan aku yang aneh ini :3 *terharu*
Jadi berasa lebih hebat dari peserta Indonesian Idol :D
Mariya said…
Yup, yg namanya dessy emang gak pernah mainstream. Dan uki tuh emang gak mainstream banget. Hahaha. Tapi yg gak mainstream tuh antik lho!
Mariya said…
Btw, masalah mainstream gak maistream gue juga sama. Tapi gak pernah tuh si "kepala mangkok' mampir di otak buat gue jadiin idola. Yah, kepala mangkoknya jadi kepala panci nanti tuh.... *kriuuk*
Nemo said…
Hahaha kembali pembulian terjadiiii

Popular posts from this blog

#Day 7: Daisy, Kumbang dan Matahari Bercerita pada Taman

Than there to look upon the daisy, That for good reason men do name The ‘day’s-eye’ or else the ‘eye of day,’ The  Empress,  and flower of flowers all. I pray to God good may her befall.   ~Chaucer   Adalah bunga liar nan tumbuh bergerombol, kecil-kecil dengan warna putih dan nektarnya yang kuning, semarak menghiasi taman dengan kemilau yang mengharmonisasi hijau daun dan alang-alang. Ia selalu ingin bisa seperti mereka yang indah dan anggun menghiasi taman. Ia kemudian hanya bisa tersenyum simpul, tangkai dan kelopaknya berdansa kian kemari tatkala angin semilir meniup kehidupannya yang nyaris sempurna. Chaucer berfilosofi, daisy adalah "the day's eye" matanya hari, matahari. Ia mencuri bentuk Matahari. Bentuknya menyerupai mata sang hari, yang begitu indah menerangi. Tapi di sudut taman ini, ada setangkai Daisy yang merasa kelabu, harapannya kosong. Daisy yang tidak pernah bisa percaya diri, Daisy yang tidak pernah bisa melihat bahwa dirinya sa...

"Bagai Pasir di Tanah itu, Aku Tak Harus jadi Penting" (Seno Gumira)

Saya mengutip dari Seno Gumira "Bagai pasir di tanah itu, saya tak harus jadi penting." Karena saya adalah hanya saya, dan kesayaan inilah yang mungkin membuat saya berfikir bahwa saya tidaklah harus menjadi penting dan dipergunjingkan. Ini adalah hidup saya. Saya yang menjalaninya dan sayalah pula yang akan menanggung akibat dari baik atau buruknya suatu perbuatan yang saya lakukan, dan saya mencoba sangat untuk bertanggung jawab atas itu semua. Lalu anggaplah saya hanya sebagai pasir yang terhampar pada gundukan tanah itu, tak ada gunanya memperhatikan saya karena saya hanyalah materi yang mungkin sama dan tak penting. Tapi kenapa sepertinya kehidupan saya menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Saya tidak sedang merasa sebagai selebritis, tapi saya hanya merasa kehidupan saya yang sudahlah amat cukup terisolasi oleh ketidakhadiran dan ketidakpentingan saya, menjadi terusik. Sebenarnya pula saya bisa saja tidak peduli akan semua itu, seperti ketidakpedulian mereka terha...