Skip to main content

Jadikan Aku yang Kedua!

"Jadikan aku yang kedua... Buatlah diriku bahagia..."

Lirik lagu Astrid ini tetiba terngiang-ngiang saat saya membaca status FB (anonim) yang di-share oleh teman saya. Baca deh... dan buat Ibu-Ibu yang anti poligami siap-siap geregetan yaaa...


Terlepas ini postingan siapa, anonim sekalipun, saya cuma mau bilang, ke pasar gih Mbak, beli ketimun yang banyak. Oppss!! Sorry terdengar tidak senonoh dan hardcore yaaa, gimana nggak, kata-kata yang tertulis dalam statusnya juga seputar itu kan? "kenapa hanya tidur dipelukan satu istri saja?" Hey, menjadi seorang imam itu bukan hanya masalah di tempat tidur, dan statement itu lebih kepada nafsu bukan sunnah. Oke well, masalah nafsu, birahi, itu manusiawi dan sesuatu fitrah, jikaaa... hanya jika disampaikan dengan cara yang fitrah juga. Nafsu yang seperti ini selalu dikaitkan dengan sunnah, padahal (cmiiw, sunnah Nabi yang lain itu banyak keleeuuss, kalau memang tujuannya adalah mengikuti sunnah Nabi).

Berpoligami tidak mesti begini caranya juga kali Mbak, harusnya bisa dilakukan dengan cara yang beradab, bukan meminta suami orang. Ya kalau anda dilamar suami orang, lalu anda setuju dan sang istri tua juga setuju ini yang saya sebut cukup beradab, bukannya meminta-minta suami orang. Lagipula Mbak, ini masalah pernikahan, yang bukan hanya bertujuan untuk masalah "tidur bareng" aja dan sudah seyogyanya pernikahan berlangsung selamanya, bukan cuma semalam. Kok ya kayaknya ngentengin banget masalah pernikahan, seolah itu cuma urusan "tidur bareng". Manusia itu bukan kucing, kucing jantan dan kucing betina yang bisa bersenggama semaunya agar bisa beranak pinak. Semua mempunyai pertanggungjawaban dihadapan Tuhan. Lalu kalau terjadi maslah dalam rumah tangga, siapa yang akan disalahkan? Tuhan?

Dan saya rasa tidak semua laki-laki menginginkan poligami, apalagi lelaki yang imannya kuat, yang selalu ingat bahwa ada yang halal di rumah. Saya pernah dengar sebuah hadist (cmiiw), jika kaum lelaki, sebut saja seorang suami yang telah memiliki pasangan yang halal disuruh menundukkan pandangannya dan pulang ke rumah untuk istrinya, saat ia tergoda maka seharusnya yang belum berpasangan pun tidak sepantasnya menginginkan milik orang lain. Dia harus belajar menundukkan pandangan dan menerima bahwa semua telah diatur oleh Allah, rezeki, maut, dan jodoh.

Bisa keleus berdoa mendapatkan jodoh yang baik, bukan ngotot mengidam-idamkan suami orang. Yang saya maklum, mungkin karena Mbak-nya belum menikah jadi menganggap pernikahan itu enteng sekali. Dalam sebuah pernikahan itu selain hak suami, ada juga hak istri, ada hak anak, ada juga hak orang tua dan mertua tehadap cucunya. Belum lagi hukum waris. Mbak yang minta untuk dipoligami oleh suami orang bisa aja berkata, "Allah yang memberi makan kami, bukan anda" helooo rezeki dari Allah itu turun ada perantaranya cyiiinnn gak tiba-tiba jatuh dari langit, masa kesannya melempar tanggung jawab ke Allah. Memang si Mbak-nya gampang banget bilang seperti itu, tapi nanti lagi-lagi kalau ada masalah, anak terlantar, kurang kasih sayang karena ayahnya banyak membagi kasih sayang pada para istri dan anak-anaknya yang lain, siapa yang mau disalahkan? siapa yang akan menanggung dosa? Hayooo?

Dan lagi argumen dalam status Mbak anonim ini konyol banget sih Mbak. Dari segi perbandingan saja belum bisa divalidasi kebenarannya, tau dari mana sekarang perbandingan laki-laki dan perempuan itu 1:7, dan perbandingannya berdasarkan umur gak tuh apa cuma berdasarkan gender saja? Yakali 1 orang laki laki dewasa berbanding 7 orang wanita, dan wanitanya mungkin ada yang masih bayi, anak-anak, remaja, atau bahkan udah nenek-nenek? Mau nikahin nenek-nenek juga? Please be logic, datengin dulu sana badan sensus nasional. hehehe...

Terakhir nih ya Mbak, kayaknya Mbak anonim ini sudah terlalu terbuai sama roman picisan dari novel-novel dan film-film islami semacam Ayat-Ayat Cinta atau yang terbaru sedang diputar di bioskop Surga Yang Tak Dirindukan (saya sendiri belum nonton sih, hanya tau dari temen film tentang poligami yang terbaru ini). Kehidupan pernikahan itu tidak seindah apa yang digambarkan di film-film dan novel-novel itu Mbak, banyak suka-dukanya. Banyak dilema dan tanggung jawab yang mesti diemban, baik dari pihak suami maupun istri, dan bukan cuma masalah "ranjang".

Tapi ya, terlepas dari itu semua saya sih tidak menentang poligami, ya sah sah aja, selama itu tidak terjadi dalam keluarga saya :) hehehehe mit amiiittt

PS : Saran saya sama si Mbak anonim perihal beli ketimun itu jangan berpikiran yang nggak-nggak ya maksudnya beli ketimun yang banyak untuk dibikin sayur bening ketimun atau bisa juga dijadikan acar. Dan lagi pula ketimun itu banyak manfaatnya looh, selain bisa sebagai penghilang racun tubuh (detox) bisa juga mengontrol tekanan darah tinggi, yaaa gitu saran saya buat si Mbak anonim kalau gak dapet-dapet juga nikahin suami orang nanti kan emosi dan tekanan darah bisa terganggu, makanya baiknya dari sekarang beli ketimun hahahahaha....

*be right back, mo beli timun*  :D

Comments

Unknown said…
haduhhh.... si mbak anonim inih sungguh aneh ya, bener-bener terpengaruh dengan cerita sinetron2 dan film2 lebay atau mbak memang salah menafsirkan apa yang diajarkan oleh guru spiritual, bisa dibilang salah kaprah ya bu Dessy. gw mw tambahin dikit ah..... dalam Alquran sendiri sudah dijelaskan dalam suroh Annisa ayat 2-3 yang artinya "2- Dan berikanlah kepada anak-anak yatim itu harta-harta mereka. Dan janganlah kalian mengganti yang buruk dengan yang baik, jangan mencampurkan harta mereka ke dalam harta kalian, sesungguhnya (perbuatan itu) merupakan dosa yang besar.
3- Dan apabila kalian takut tidak bisa berbuat adil kepada anak-anak perempuan yang yatim (untuk kalian jadikan istri), maka nikahilah perempuan-perempuan (lain) yang kalian senangi, dua atau tiga atau empat. Bila kalian takut tidak bisa berbuat adil, maka nikahilah satu perempuan saja atau budak-budak kalian. Yang demikian itu lebih membuat kalian tidak berbuat zhalim." Nah loh..... di dalam ayat itu sudah jelas, jika si suami tidak sanggup berbuat adil maka nikahilah 1 orang perempuan saja untuk menghindari berbuat zhalim. Inget loh ini zaman modern dan gak ada satu orang lelaki pun di zaman ini yang bisa menjadi seperti Rasullullah Muhammad SAW. Beliau sangat adil terhadap istri2'y dan Beliau juga tidak menikah lagi dengan gadis tetapi janda yang suami'y syahid di medan perang. satu-satunya istri Beliau yang perawan hanya Aisyah RA. Jadi, setuju deh sama bu Dessy, sana beli mentimun ya Mbak hahaha. Keren tulisan lw Des :)
Dessy Aster said…
Wkakakakaka finally ada yang nambahin dengan Ayat Quran hehehe thanks Bu Nasuha, Ibu Ustadzah, istri sholehah Amiinnn...

Iya nihh status bikin geregetan aja yaaa xixixixi
Hello I'm Na said…
wew,, ternyata ada yang begitu. Naudzubillah. Btw aku baru aja mau cari rujukan surah qurannya, tp udah ditambahin sama ka cuel :D setuju. Dan... lagipula setatus fb-nya terdengar menggebu-gebu, buu.. -_- apa ya... entahlah aku speechless. Tak apalah perbandingan 1:7, yang penting saat menikah, yang jadi tujuan adalah mencari ridha Allah. Biarpun 1:7, percaya ajah seharusnya si mbak anonim mah, bahwa Allah kan Maha Kaya, maka Dia akan selalu menepati janjiNya dengan menyediakan pasangan yang baik untuk yang baik pula :)Btw acar ketimunnya terlihat menggiurkan :D
Hello I'm Na said…
meski belum bersuami, aku mah ga pernah ngebayangin punya suami yang sudah beristri deuh -__- "Mit amiiiit." kalo kata bu des mah :p
Hello I'm Na said…
ibu, ijin repost :) maacih

Popular posts from this blog

"Bagai Pasir di Tanah itu, Aku Tak Harus jadi Penting" (Seno Gumira)

Saya mengutip dari Seno Gumira "Bagai pasir di tanah itu, saya tak harus jadi penting." Karena saya adalah hanya saya, dan kesayaan inilah yang mungkin membuat saya berfikir bahwa saya tidaklah harus menjadi penting dan dipergunjingkan. Ini adalah hidup saya. Saya yang menjalaninya dan sayalah pula yang akan menanggung akibat dari baik atau buruknya suatu perbuatan yang saya lakukan, dan saya mencoba sangat untuk bertanggung jawab atas itu semua. Lalu anggaplah saya hanya sebagai pasir yang terhampar pada gundukan tanah itu, tak ada gunanya memperhatikan saya karena saya hanyalah materi yang mungkin sama dan tak penting. Tapi kenapa sepertinya kehidupan saya menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Saya tidak sedang merasa sebagai selebritis, tapi saya hanya merasa kehidupan saya yang sudahlah amat cukup terisolasi oleh ketidakhadiran dan ketidakpentingan saya, menjadi terusik. Sebenarnya pula saya bisa saja tidak peduli akan semua itu, seperti ketidakpedulian mereka terha

Quatrain About a Pot

"On a nameless clay I see your face once more My eyes are not that dim, obviously for seeing what is not there What is the worth of this pot, anyway, save part illusion? something that will break one day and for us to make eternal" (Goenawan Mohamad)

The Boy Who never Listened

One day a mother said to her son, "I must go out now and do some shopping. I want you to look after the house." "Yes, mother," the boy said. But he was not listening. He was interested only in his game. "There are three people will come to the house: first the butcher, then my friend and lastly a beggar," his mother explained. "Are you listening to me?!" cried the mother. "Yes, Mom," said the boy, but his eyes didn't leave his game. "Very well, when the butcher comes, tell him that his meat is too fat and he must never come here again!" ordered the mother. "Ask my friend to come in and give her a cup of tea. Finally give the pile of old clothes by the door to the beggar. Do you understand??" "All right Mom," answered the boy but still playing with his game. The mother went out and soon there was a knock at the door. The boy put his game down and went to open it. He saw a pile of clothes by the door. &qu