Skip to main content

Posts

Pembuktian

Dear Taylor, Saya pernah begitu "young and naive" di fase-fase usia saya yang masih 20-25 tahun, saya selalu ingin membuktikan pada orang-orang di sekeliling saya bahwa saya bisa dan mampu. Bahwa saya juga pintar, bahwa saya juga diperhitungkan. Pada masa-masa itu saya seringkali sadar kalau saya sedang menggunakan topeng, topeng "bisa" topeng "sok pintar" topeng "berani" dan topeng-topeng lainnya. Saya sadar saya memakainya dan saya merasa kelelahan. Lama-kelamaan topengnya terasa begitu berat mencengkram wajah asli saya, sehingga saya tak lagi mengenali siapa saya sebenarnya dan apa yang saya mau. Selalu yang ada dipikiran saya saat itu adalah apa saya melakukannya dengan baik, atau apakah saya berhasil mendapatkan sesuatu yang orang anggap itu adalah hal yang bagus, apakah jika saya begini begitu sikap saya dapat diterima?  Lagi-dan lagi yang saya pikirkan selalu adalah pendapat orang lain, saya telah jahat pada diri saya sendiri dengan tidak
Recent posts

Hai, Halooo Saya Kembali

Hai saya kembali lagi.... Delapan tahun lamanya blog ini menjadi sarang laba-laba tak berpenghuni. Mianhae, saya akan sering-sering berkunjung ke sini bersama dengan sang alter ego yang selalu tampak weirdo. Walaupun saya sudah kehilangan 99 persen kemampuan saya menulis, saya akan berusaha walau hanya satu paragraf saya tulis di sini. Walaupun hanya kerandoman yang saya bawa ke sini. "Writing is a cure for a cursed mind" ingat??? Ini meja belajar saya saat ini. Dan saya ingat terakhir kali saya mengisi blog ini adalah Juli 2015 di meja kerja saya di lantai 7 office 8 bersama para karyawan Hasnur Group lainnya mencuri-curi waktu di sela-sela kerja yang membosankan. Selama 8 tahun ini saya ngapain aja sampai gak sempat mampir ke sini? Yah.... nanti kamu akan tau sendiri dan akan saya ceritakan sedikit demi sedikit. caoooo!!

Jadikan Aku yang Kedua!

"Jadikan aku yang kedua... Buatlah diriku bahagia..." Lirik lagu Astrid ini tetiba terngiang-ngiang saat saya membaca status FB (anonim) yang di-share oleh teman saya. Baca deh... dan buat Ibu-Ibu yang anti poligami siap-siap geregetan yaaa... Terlepas ini postingan siapa, anonim sekalipun, saya cuma mau bilang, ke pasar gih Mbak, beli ketimun yang banyak. Oppss!! Sorry terdengar tidak senonoh dan hardcore yaaa, gimana nggak, kata-kata yang tertulis dalam statusnya juga seputar itu kan? "kenapa hanya tidur dipelukan satu istri saja?" Hey, menjadi seorang imam itu bukan hanya masalah di tempat tidur, dan statement itu lebih kepada nafsu bukan sunnah. Oke well, masalah nafsu, birahi, itu manusiawi dan sesuatu fitrah, jikaaa... hanya jika disampaikan dengan cara yang fitrah juga. Nafsu yang seperti ini selalu dikaitkan dengan sunnah, padahal (cmiiw, sunnah Nabi yang lain itu banyak keleeuuss, kalau memang tujuannya adalah mengikuti sunnah Nabi). Berpoligami t

Berhenti Kerja

Saya ingin berhenti bekerja. Keinginan ini tercetus saat saya mendapati diri saya hamil anak kedua beberapa minggu lalu. Saya stress dengan ritme kerja saya, saya merasa letih dan selalu kecapekan dengan rute rumah - kantor - rumah yang memang tidak dekat, belum lagi kendaraan umum yang tidak dapat dijamin kenyamanannya. Beberapa hari saya stress, menangis ketika hendak berangkat kerja karena mendapati Mikhail (anak pertama saya) belum bangun tidur -fyi, saya harus berangkat kerja jam 5 pagi- dan sedih ketika sampai rumah Mik sudah keburu tidur. Stress dan kelelahan saya ini mengakibatkan saya harus mengeluarkan flek beberapa kali dan ketika di USG oleh dokter SpOG hasilnya kurang bagus dan membuat saya menitikan air mata lagi. Saya cuma ingin bayi saya sehat dan terhindar dari stress yang saya rasakan. Beberapa hari setelah itu saya merajuk pada suami saya untuk mengabulkan keinginan saya untuk resign. Beruntung saya mempunyai suami yang begitu pengertian. Saya tahu dengan menyetuj

Kamu

Hai kamu... Bisakah kamu hidup normal seperti para manusia pada umumnya, seperti wanita kebanyakan? Bisakah kamu melupakan dan move on..? Bisakah hidupmu tidak melulu dipenuhi pikiran tentang dia dan imaji tentangnya di masa lalu...? Bisakah kamu move on?? Bisakah??? Tolong lupakan dia dan tidak menjejali hidupmu akan penyesalan dan tuntutan atas sesuatu yang TIDAK dilakukannya. Bisakah kamu sedikit berpikir, bahwa ada orang terganggu atas semua ratapan kamu, dan itu adalah saya... Bisakah kamu sadari orang yang selalu kamu harapkan, kamu ratapi itu adalah SUAMI saya???  Ya, dia telah menikah, kami saling mencintai, kami telah memiliki seorang anak. Dan kami hidup di masa sekarang juga untuk masa depan. Tolong... Bisakah kamu berubah Rin?

Dini Hari di Bar

Aku mabuk berat.  Dasar cewek matre!! Berani-beraninya dia meninggalkanku setelah semua hartaku ia kuras. Kurang asem!! Rupanya dapat mangsa baru dia. Masih belum pagi, aku masih sanggup beberapa shot tequila lagi untuk melupakan ia yang baru saja memutuskanku demi jutawan tua, botak, dan jelek itu. Betapa sialnya aku!  Ah, tapi aku harus move on! Buat apa terus memikirkan cewek matre itu! Sekejap ide brilliant untuk move on itu muncul tatkala aku melihat seorang wanita sungguh cantik dengan pakaian yang sungguh menggoda duduk sendiri di pojok sana, mungkin bisa jadi pengobat lukaku. "Mau tambah lagi minumnya? Aku yang traktir!" Sapaku, mencoba seramah mungkin. "Oh ya? Boleh. Margaritanya satu lagi Mas Bartender!"   Oh Tuhan, sungguh dia benar-benar cantik, kemana saja aku selama ini! "Sering nongkrong di sini juga? Kok saya baru lihat kamu di sini." "Iya, baru kali ini, biasanya saya lebih suka di Red Line, Mas!" "

Masih Ada

Para penonton itu bersorak sorai. Gegap gempita aku dengar dari teriakan-teriakan mereka. "Ayooo Rocky!! Ayo cepat, kamu bisa!!!" "Terus Lucky... Jangan mau kalah sama Rocky, kamu harusnya lebih beruntung dari dia!! Jangan lambat!" "Hap... hap! tinggal sedikit lagi sampai garis finish Rocky!! Ayooooo! Kamu lah yang terhebat Rocky!" Mereka menyemangati kami, aku dan temanku Lucky yang tak seberuntung namanya, berada dalam perlombaan yang tak kami mau. Mereka terus bersorak, bertepuk-tepuk tangan menyemangati kami, kudengar mereka pun bertaruh banyak untuk lomba ini.  Aku melawan temanku sendiri, yang sekarang terlihat begitu letihnya, begitu sakitnya, sungguh aku tak tega melihatnya. Pula aku tak tega berlomba untuk taruhan sinting ini. Oh, maafkan temanmu ini Lucky. Tapi jika aku kalah, aku lah yang akan mati. Tak punya hati kah mereka? Tak adakah seseorang di sini yang masih mempunyai hati nurani? Jarak yang kami tempuh begitu panjangnya