Para penonton itu bersorak sorai. Gegap gempita aku dengar dari teriakan-teriakan mereka.
"Ayooo Rocky!! Ayo cepat, kamu bisa!!!"
"Terus Lucky... Jangan mau kalah sama Rocky, kamu harusnya lebih beruntung dari dia!! Jangan lambat!"
"Hap... hap! tinggal sedikit lagi sampai garis finish Rocky!! Ayooooo! Kamu lah yang terhebat Rocky!"
Mereka menyemangati kami, aku dan temanku Lucky yang tak seberuntung namanya, berada dalam perlombaan yang tak kami mau.
Mereka terus bersorak, bertepuk-tepuk tangan menyemangati kami, kudengar mereka pun bertaruh banyak untuk lomba ini.
Aku melawan temanku sendiri, yang sekarang terlihat begitu letihnya, begitu sakitnya, sungguh aku tak tega melihatnya. Pula aku tak tega berlomba untuk taruhan sinting ini. Oh, maafkan temanmu ini Lucky. Tapi jika aku kalah, aku lah yang akan mati.
Tak punya hati kah mereka?
Tak adakah seseorang di sini yang masih mempunyai hati nurani?
Jarak yang kami tempuh begitu panjangnya, aku tak yakin Lucky mampu mencapainya.
Lomba lari ini sungguh menyiksa kami berdua.
Tiga puluh centimeter sungguh memakan waktu lama... Tapi aku berhasil melaluinya. Aku menang.
Oh tidak, tamatlah riwayat Lucky!!
"Yaahh, Lucky payah!! Mamaaaa minta garamnyaaa. Biar aku taburkan garam di tubuhnya!"
"Jangan, Nak! Kasihan, bekicot kalau dikasih garam akan mati, kamu akan berdosa, buang saja ia di taman belakang!"
Ah syukurlah, masih ada orang yang mempunyai hati nurani.
Comments
Lucu, buu! :D