Pak Rukyat terdakwa korupsi itu ingin naik banding dari pengadilan tinggi.
Ia masih tak terima hukuman seumur hidup yang dijatuhkan hakim dalam sidangnya yang ke-23, meski sudah banyak bukti-bukti korupsi dan suap yang ia lakukan di sebuah kementerian tempat ia menjabat.
Ia menyangkal semua bukti, memperdaya para juri yang hadir.
Berkoar-koar ia bahwa ia dijebak, bahwa ini hanyalah konspirasi untuk menjatuhkannya.
Berkoar-koar ia bahwa ia dijebak, bahwa ini hanyalah konspirasi untuk menjatuhkannya.
Ia berhasil mengajukan kasasi.
Kini ia berhadapan dengan hakim agung.
Alih-alih mendapat keringanan hukuman, dalam Mahkamah Agung Pak Rukyat mendapat vonis mati.
Alih-alih mendapat keringanan hukuman, dalam Mahkamah Agung Pak Rukyat mendapat vonis mati.
Tak ada lagi keringanan untuknya.
Hari eksekusinya pun tiba.
Pak Rukyat belum juga menyerah!
Regu penembak telah siap, malaikat maut telah menunggu.
Ia tetap berorasi, berkoar-koar bahwa ia tak bersalah.
Duuaarrr!! Tembakan pun dilepaskan.
Masih tak mau menyerah di penghujung ajalnya, sebelum menghembuskan nafas terakhir, Pak Rukyat berbisik :
"Mati satu... tumbuh seribu!"
*tettoottt!! sorry garing, mwihihihi
Hari eksekusinya pun tiba.
Pak Rukyat belum juga menyerah!
Regu penembak telah siap, malaikat maut telah menunggu.
Ia tetap berorasi, berkoar-koar bahwa ia tak bersalah.
Duuaarrr!! Tembakan pun dilepaskan.
Masih tak mau menyerah di penghujung ajalnya, sebelum menghembuskan nafas terakhir, Pak Rukyat berbisik :
"Mati satu... tumbuh seribu!"
*tettoottt!! sorry garing, mwihihihi
Comments