Skip to main content

#Day 10: Renungan di Pagi Hari

Kita atau mungkin hanya saya, sebagai manusia, sudah seharusnya memperluas wadah dalam jiwa kita, untuk masuknya ilmu-ilmu baru, untuk tidak pernah berhenti belajar. Haus akan ilmu. Karena, meungkin, tidak semua pengetahuan yang kita miliki (saat ini) dapat menolong di saat yang dibutuhkan. Di saat-saat seperti itulah dibutuhkan sebuah kearifan, kerendahan hati, untuk menyadari dan mengambil hikmah dari setiap ketidaktahuan yang kita miliki guna memperbaiki diri menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Renungan, pada pagi yang masih mentah.




Comments

orange lover! said…
Dan dari belajar pula kita dapat memandang suatu permasalahan tidak hanya dari satu sisi namun berbagai sisi yang tidak kita pikirkan sebelumnya..
the trouble said…
Kadang aku ngerasa otak ini belum cukup upgrade-an untuk siap untuk menangkap sesuatu yang lebih besar. Payah!
Mariya said…
Hahahaha...makanya uki kalo punya kepala tuh jangan dibikin jadi mangkok.

Popular posts from this blog

Jadikan Aku yang Kedua!

"Jadikan aku yang kedua... Buatlah diriku bahagia..." Lirik lagu Astrid ini tetiba terngiang-ngiang saat saya membaca status FB (anonim) yang di-share oleh teman saya. Baca deh... dan buat Ibu-Ibu yang anti poligami siap-siap geregetan yaaa... Terlepas ini postingan siapa, anonim sekalipun, saya cuma mau bilang, ke pasar gih Mbak, beli ketimun yang banyak. Oppss!! Sorry terdengar tidak senonoh dan hardcore yaaa, gimana nggak, kata-kata yang tertulis dalam statusnya juga seputar itu kan? "kenapa hanya tidur dipelukan satu istri saja?" Hey, menjadi seorang imam itu bukan hanya masalah di tempat tidur, dan statement itu lebih kepada nafsu bukan sunnah. Oke well, masalah nafsu, birahi, itu manusiawi dan sesuatu fitrah, jikaaa... hanya jika disampaikan dengan cara yang fitrah juga. Nafsu yang seperti ini selalu dikaitkan dengan sunnah, padahal (cmiiw, sunnah Nabi yang lain itu banyak keleeuuss, kalau memang tujuannya adalah mengikuti sunnah Nabi). Berpoligami t...

#Day 7: Daisy, Kumbang dan Matahari Bercerita pada Taman

Than there to look upon the daisy, That for good reason men do name The ‘day’s-eye’ or else the ‘eye of day,’ The  Empress,  and flower of flowers all. I pray to God good may her befall.   ~Chaucer   Adalah bunga liar nan tumbuh bergerombol, kecil-kecil dengan warna putih dan nektarnya yang kuning, semarak menghiasi taman dengan kemilau yang mengharmonisasi hijau daun dan alang-alang. Ia selalu ingin bisa seperti mereka yang indah dan anggun menghiasi taman. Ia kemudian hanya bisa tersenyum simpul, tangkai dan kelopaknya berdansa kian kemari tatkala angin semilir meniup kehidupannya yang nyaris sempurna. Chaucer berfilosofi, daisy adalah "the day's eye" matanya hari, matahari. Ia mencuri bentuk Matahari. Bentuknya menyerupai mata sang hari, yang begitu indah menerangi. Tapi di sudut taman ini, ada setangkai Daisy yang merasa kelabu, harapannya kosong. Daisy yang tidak pernah bisa percaya diri, Daisy yang tidak pernah bisa melihat bahwa dirinya sa...