Skip to main content

#Day 11: Mencoba Berpuisi




Terjamah puisi...
Aku diperawani kata-kata berima.
Sekarang datang padaku, kata-kata biasa.
Mendulang dialog, berbentuk prosa.
Aku menjadi terbiasa,
Meski terpaksa.

Tak ada lagi indah senggama makna.
Aku ingin diperkosa.





Maaf, kata-katanya mungkin vulgar banget ya, (please jangan berpikiran jorok ya). Puisi itu saya buat setahun yang lalu dan pernah saya publish di tumblr, lalu saya edit sedikit. Tercetus dari postingan #Day 10 milik @jiebman (klik) yang dapat dengan indahnya berpuisi. Jujur saja saya agak sulit berpuisi (sekarang), dulu mungkin iya. Entah kenapa saya begitu prosaic sekarang, sangat prosaic.



Ada yang tahu makna puisi saya di atas?
*wink*

Comments

the trouble said…
Aha! itu puisinya kurang lebih berisi sama dengan komen ibu di #Day10 nya ka Mujib :D
Yang ingin jadi poetic kembali :))

Ah, aku iri sama kalian yang bisa merangkai kata :O You Guys Awesome!
I'm_Oz said…
bukannya maknanya sudah kaka jelaskan diatas????? "Jujur saja saya agak sulit berpuisi (sekarang), dulu mungkin iya. Entah kenapa saya begitu prosaic sekarang, sangat prosaic.
"
Mariya said…
Prosaic??? ROTFL....
Nemo said…
Apa lo Ma???
Lo dah tau kan maksud gue apa??? Diem2 aja deh gak usah ketawa ampe guling2 gitu ha ha!
*jitak Mariya*
alighazni said…
pengen bisaaaaa puisiii

Popular posts from this blog

"Bagai Pasir di Tanah itu, Aku Tak Harus jadi Penting" (Seno Gumira)

Saya mengutip dari Seno Gumira "Bagai pasir di tanah itu, saya tak harus jadi penting." Karena saya adalah hanya saya, dan kesayaan inilah yang mungkin membuat saya berfikir bahwa saya tidaklah harus menjadi penting dan dipergunjingkan. Ini adalah hidup saya. Saya yang menjalaninya dan sayalah pula yang akan menanggung akibat dari baik atau buruknya suatu perbuatan yang saya lakukan, dan saya mencoba sangat untuk bertanggung jawab atas itu semua. Lalu anggaplah saya hanya sebagai pasir yang terhampar pada gundukan tanah itu, tak ada gunanya memperhatikan saya karena saya hanyalah materi yang mungkin sama dan tak penting. Tapi kenapa sepertinya kehidupan saya menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Saya tidak sedang merasa sebagai selebritis, tapi saya hanya merasa kehidupan saya yang sudahlah amat cukup terisolasi oleh ketidakhadiran dan ketidakpentingan saya, menjadi terusik. Sebenarnya pula saya bisa saja tidak peduli akan semua itu, seperti ketidakpedulian mereka terha...

#Day 5: Kamu di mana?

Kamu di mana? Tolong kembalilah. Tidak tahukah engkau sedari tadi aku gusar, gundah gulana, dan mencak-mencak tak keruan mencarimu. Aku butuh kamu. Tadinya aku pikir kamu sudah berada di kamarku. Lalu aku pun mencari-cari di tiap sudut kamarku. Tapi kau tak terlihat juga. Padahal baru saja kita berbincang-bincang di ruang tamu bukan? Aku hanya meninggalkanmu sebentar saja, kau sudah menghilang. Aku bertanya pada ibu. Ia bilang mungkin kamu ada di kebun bunga matahari. Ehmm mungkin sih.  Ibu terlihat ragu. Aku pun akhirnya berlarian ke kebun bunga matahari. Tapi ternyata fiktif. Itu kebun biasa. Tak ada bunga, tak ada matahari, karena hari sudah malam. Dan kamu pun tak ada di sana. Aku bertanya pada Bapak. Ia menjawab sambil hening membaca koran tentang berita kenaikan harga cabe keriting dan kol gepeng di tanah air. Ia lebih tertarik akan berita ekonomi daripada menjawab pertanyaanku dengan benar. Ia cuma bilang. Mungkin di kamar mandi. Acuh. Aku menuj...