Skip to main content

Beri Aku Nama Belakang

Inilah sepenggal percakapan antara Coraline dan Si Kucing berwarna hitam yang bisa bicara yang ia jumpai di belakang rumah barunya saat ia sedang berkeliling.

Coraline : "Namaku Coraline Jones, siapa namamu?"
Kucing : "Kucing tak punya nama." (jawabnya dengan sombong)
Coraline : "Tidak punya?"
Kucing : "Tidak! Kalian, manusia, punya nama. Sebab kalian tidak tahu siapa diri kalian. Kami tahu siapa kami, jadi kami tidak butuh nama"
(Neil Gaiman, Coraline).

Haha, si Kucing benar manusia tidak mengenal siapa dirinya, manusia adalah makhluk sosial yang terkonstruk. Dia tidak bisa mengenal dirinya sendiri tanpa liyannya. Mengutip sedikit dari teori Lacanian bahwa manusia mendapatkan pengetahuan atas dirinya ya dari orang lain ""We get knowledge of what we are from how others respond to us""


Subjektivitas manusia terbentuk sejak ia dilahirkan. "Terbentuk" kata kerja pasif yang berarti semua yang ada dalam diri manusia adalah bentukan yaitu hasil dari konstruksi sosial. Contoh kecilnya, setelah manusia dilahirkan ia tak tahu siapa dirinya dan apa identitasnya, kemudian orangtuanya lah yang memberikannya identitas yang meliputi nama, agama, kebangsaan, dan lain-lain.

Mungkin itulah maksud Si Kucing di atas, bahwa manusia tidak tau siapa dirinya. Identitasnya adalah sebuah konstruksi sosial belaka. Identitas yang berupa nama, agama, kebangsaan mungkin diturunkan secara temurun oleh orang tua ke anak
. Seperti Coraline, ia bernama belakang Jones karena ia adalah anak dari keluarga Jones, lebih tepatnya ayahnya bernama Mr. Jones. Dan ibu Coraline sudah pasti beridentitas Mrs. Jones meskipun dahulu sewaktu masih disebut Ms. ia menyandang nama belakang ayahnya.

Tapi aku, aku tidak punya nama belakang. Bosan sekali waktu berkenalan dengan orang lain ataupun ketika harus mengisi formulir, namaku pendek sekali. Wahai liyanku, berikanlah aku nama belakang hehehe.

Comments

Syifa Ananda said…
Saya sih ga punya nama tengah ms... hehe.. *ganyambung :P*
Dessy Aster said…
Iya deh nanti aku kasih (lol)

Popular posts from this blog

#Day 7: Daisy, Kumbang dan Matahari Bercerita pada Taman

Than there to look upon the daisy, That for good reason men do name The ‘day’s-eye’ or else the ‘eye of day,’ The  Empress,  and flower of flowers all. I pray to God good may her befall.   ~Chaucer   Adalah bunga liar nan tumbuh bergerombol, kecil-kecil dengan warna putih dan nektarnya yang kuning, semarak menghiasi taman dengan kemilau yang mengharmonisasi hijau daun dan alang-alang. Ia selalu ingin bisa seperti mereka yang indah dan anggun menghiasi taman. Ia kemudian hanya bisa tersenyum simpul, tangkai dan kelopaknya berdansa kian kemari tatkala angin semilir meniup kehidupannya yang nyaris sempurna. Chaucer berfilosofi, daisy adalah "the day's eye" matanya hari, matahari. Ia mencuri bentuk Matahari. Bentuknya menyerupai mata sang hari, yang begitu indah menerangi. Tapi di sudut taman ini, ada setangkai Daisy yang merasa kelabu, harapannya kosong. Daisy yang tidak pernah bisa percaya diri, Daisy yang tidak pernah bisa melihat bahwa dirinya sa...

"Bagai Pasir di Tanah itu, Aku Tak Harus jadi Penting" (Seno Gumira)

Saya mengutip dari Seno Gumira "Bagai pasir di tanah itu, saya tak harus jadi penting." Karena saya adalah hanya saya, dan kesayaan inilah yang mungkin membuat saya berfikir bahwa saya tidaklah harus menjadi penting dan dipergunjingkan. Ini adalah hidup saya. Saya yang menjalaninya dan sayalah pula yang akan menanggung akibat dari baik atau buruknya suatu perbuatan yang saya lakukan, dan saya mencoba sangat untuk bertanggung jawab atas itu semua. Lalu anggaplah saya hanya sebagai pasir yang terhampar pada gundukan tanah itu, tak ada gunanya memperhatikan saya karena saya hanyalah materi yang mungkin sama dan tak penting. Tapi kenapa sepertinya kehidupan saya menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Saya tidak sedang merasa sebagai selebritis, tapi saya hanya merasa kehidupan saya yang sudahlah amat cukup terisolasi oleh ketidakhadiran dan ketidakpentingan saya, menjadi terusik. Sebenarnya pula saya bisa saja tidak peduli akan semua itu, seperti ketidakpedulian mereka terha...