Skip to main content

Ketika Ku Sedang Menyusun Skripsi

Dini hari ini.
Aku sedang di dalam kamar, sendiri.
Menyusun skripsi, yang sebulan lagi harus diuji.
Tiba-tiba terdengar suara, "Tok... tok..!!" Ada yang mengetuk pintu kamarku.

Aku abaikan, namun suara itu semakin gencar terdengar.

"Iya iya sebentar! Aku sedang mengetik Bab 2!" Teriakku.
Ketukan itu pun tak juga kunjung berhenti.


Ah... nanti dulu. Skripsiku belum selesai.
Sebentar lagi...!
Tanggung, aku sedang mencerna dan menyusun berbagai teori.

Tunggulah di situ, hai pengetuk pintu.
Tidak baik merangkai teori-teori dan pemahaman ini setengah jadi.


"Tok...Tok.. TOKK TOKK!!!!" Ketukan itu masih terus berbunyi, malah lebih keras dari sebelumnya.
"Baik! Baik! Pintunya akan kubuka!"


Aku bangkit berdiri dan membuka pintu kamarku.
Terlihat sang waktu berdiri di hadapanku.

Ia tersenyum sambil menarik-narik tanganku.


Sial..! Ia ingin mengajakku bermain kejar-kejaran lagi seperti kemarin pagi!

~02.45 05 Juli 09 Setahun yang lalu saatku menyusun Skripsi~

Comments

Syifa Ananda said…
hahaha... siapa ms., yg ngajak kejar2an..?

Popular posts from this blog

"Bagai Pasir di Tanah itu, Aku Tak Harus jadi Penting" (Seno Gumira)

Saya mengutip dari Seno Gumira "Bagai pasir di tanah itu, saya tak harus jadi penting." Karena saya adalah hanya saya, dan kesayaan inilah yang mungkin membuat saya berfikir bahwa saya tidaklah harus menjadi penting dan dipergunjingkan. Ini adalah hidup saya. Saya yang menjalaninya dan sayalah pula yang akan menanggung akibat dari baik atau buruknya suatu perbuatan yang saya lakukan, dan saya mencoba sangat untuk bertanggung jawab atas itu semua. Lalu anggaplah saya hanya sebagai pasir yang terhampar pada gundukan tanah itu, tak ada gunanya memperhatikan saya karena saya hanyalah materi yang mungkin sama dan tak penting. Tapi kenapa sepertinya kehidupan saya menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Saya tidak sedang merasa sebagai selebritis, tapi saya hanya merasa kehidupan saya yang sudahlah amat cukup terisolasi oleh ketidakhadiran dan ketidakpentingan saya, menjadi terusik. Sebenarnya pula saya bisa saja tidak peduli akan semua itu, seperti ketidakpedulian mereka terha

#Day 7: Daisy, Kumbang dan Matahari Bercerita pada Taman

Than there to look upon the daisy, That for good reason men do name The ‘day’s-eye’ or else the ‘eye of day,’ The  Empress,  and flower of flowers all. I pray to God good may her befall.   ~Chaucer   Adalah bunga liar nan tumbuh bergerombol, kecil-kecil dengan warna putih dan nektarnya yang kuning, semarak menghiasi taman dengan kemilau yang mengharmonisasi hijau daun dan alang-alang. Ia selalu ingin bisa seperti mereka yang indah dan anggun menghiasi taman. Ia kemudian hanya bisa tersenyum simpul, tangkai dan kelopaknya berdansa kian kemari tatkala angin semilir meniup kehidupannya yang nyaris sempurna. Chaucer berfilosofi, daisy adalah "the day's eye" matanya hari, matahari. Ia mencuri bentuk Matahari. Bentuknya menyerupai mata sang hari, yang begitu indah menerangi. Tapi di sudut taman ini, ada setangkai Daisy yang merasa kelabu, harapannya kosong. Daisy yang tidak pernah bisa percaya diri, Daisy yang tidak pernah bisa melihat bahwa dirinya sama indahny