Senja selalu tampak seperti suatu yang murung dan suram, kesan yang letih bagi sebagian orang, menyisakan warna jingga, memerak kegelapan, menggoyangkan fatamorgana pada garis horison sejauh mata memandang barat.
Tapi tidak bagi Lara...
Senja tidak selalu tampak murung dan suram yang merupakan transisi menuju dunia gelap namun gemerlapan penuh bintang. Senja pada dunianya selalu tampak indah, memunculkan burung-burung bangau yang terbang pulang, perahu nelayan yang bagai mendendang menyambut angin laut, dan debur ombak pantai serta nyiur yang mengharmonisasi, senja selalu tampak indah bagi Lara.
Lara tak pernah letih menantikan senjanya.
Karena baginya senja merupakan suatu hadiah alam yang menuntunnya selalu pada suatu malam, waktu dimana semua orang diwajarkan untuk tidur. Dalam tidurnya, pada malam-malam yang di antarkan senja keperaduan, dunia lain menjemputnya. Dunia yang hanya dapat ia temui pada malam saat kesadarannya terpaku pada apa yang tak bisa ia raih pada waktu matahari tersenyum simpul di atas cakrawala.
Dunianya berbanding terbalik. Miris. Karena hanya dalam mimpi lah ia mampu mewujudkan kehidupan dari ketakberhidupannya di dunia. Itulah mengapa ia suka sekali senja, malam, peraduan dan tidur. Belakangan ia suka tidur. Karena dalam tidurnya ia selalu menjumpai seseorang yang mustahil. Seseorang yang berasal dari dunia yang tak dapat ia raih.
Tapi tidak bagi Lara...
Senja tidak selalu tampak murung dan suram yang merupakan transisi menuju dunia gelap namun gemerlapan penuh bintang. Senja pada dunianya selalu tampak indah, memunculkan burung-burung bangau yang terbang pulang, perahu nelayan yang bagai mendendang menyambut angin laut, dan debur ombak pantai serta nyiur yang mengharmonisasi, senja selalu tampak indah bagi Lara.
Lara tak pernah letih menantikan senjanya.
Karena baginya senja merupakan suatu hadiah alam yang menuntunnya selalu pada suatu malam, waktu dimana semua orang diwajarkan untuk tidur. Dalam tidurnya, pada malam-malam yang di antarkan senja keperaduan, dunia lain menjemputnya. Dunia yang hanya dapat ia temui pada malam saat kesadarannya terpaku pada apa yang tak bisa ia raih pada waktu matahari tersenyum simpul di atas cakrawala.
Dunianya berbanding terbalik. Miris. Karena hanya dalam mimpi lah ia mampu mewujudkan kehidupan dari ketakberhidupannya di dunia. Itulah mengapa ia suka sekali senja, malam, peraduan dan tidur. Belakangan ia suka tidur. Karena dalam tidurnya ia selalu menjumpai seseorang yang mustahil. Seseorang yang berasal dari dunia yang tak dapat ia raih.
Comments