Ibuku berkata padaku suatu kala:
Putriku sayang, sejak kapan kau tahu arti sesungguhnya dalam tangisanmu?? Kau tak tahu apa-apa saat itu, karena kau masihlah berusia sekitar dua atau dua setengah aku tak yakin pasti. Yang kau mengerti hanyalah tangis ketika perutmu mulai perih dan kerongkonganmu kering.
Kau hanya menangis tanpa tahu arti sedih. Cuma dari tangisku kau tahu sesuatu yang menyakitkan terjadi, mendesak dada dan merenggut air mataku.
Sesuatu yang sedih.
Saat itulah Nak, kau telah tahu apa arti tangis. Sejak saat itu kau tak pernah melihat ayahmu lagi. Tapi kau tidak menangis, sebab menangis hanya mungkin ketika kau melihatnya pergi. Ia hilang, lenyap begitu saja.
Tapi dari wajahmu kutahu engkau juga amat sedih. karena kau baru saja mengerti apa itu sedih.
Tapi kini sayang, aku telah bisa mneatasi kesedihanku, agar kau pun tak larut dalam kebersedihan yang kau tak ingin ada di dalamnya. Diam dan lupakan. Diam dan lupakan adalah obat mujarab bagi segala kebersedihan. Lupakan kemudian diam.
Sebab aku telah mengosongkan diriku, aku diam tak pernah mempertanyakannya. Hanya kau yang kutahu selalu merengek jawaban. Kelak, ketika kau dewasa nanti, kau akan tahu arti diam dan kekosongan dari segala harapan. Kau akan tahu rasanya hampa, yaitu keadaan dimana tak ada bahasa untuk mengerti.
Ibuku tersayang, senyumku kala itu.
Seperti katamu, aku akan diam dan melupakan, aku telah tumbuh dewasa dan tak lagi mempertanyakan. Tapi takkan kubiarkan aku kosong dari segala kehampaan dan harapan.
Aku tahu rasanya hampa, maka tak kubiarkan ia datang lagi, dan membuat hampa kedua kalinya.
Putriku sayang, sejak kapan kau tahu arti sesungguhnya dalam tangisanmu?? Kau tak tahu apa-apa saat itu, karena kau masihlah berusia sekitar dua atau dua setengah aku tak yakin pasti. Yang kau mengerti hanyalah tangis ketika perutmu mulai perih dan kerongkonganmu kering.
Kau hanya menangis tanpa tahu arti sedih. Cuma dari tangisku kau tahu sesuatu yang menyakitkan terjadi, mendesak dada dan merenggut air mataku.
Sesuatu yang sedih.
Saat itulah Nak, kau telah tahu apa arti tangis. Sejak saat itu kau tak pernah melihat ayahmu lagi. Tapi kau tidak menangis, sebab menangis hanya mungkin ketika kau melihatnya pergi. Ia hilang, lenyap begitu saja.
Tapi dari wajahmu kutahu engkau juga amat sedih. karena kau baru saja mengerti apa itu sedih.
Tapi kini sayang, aku telah bisa mneatasi kesedihanku, agar kau pun tak larut dalam kebersedihan yang kau tak ingin ada di dalamnya. Diam dan lupakan. Diam dan lupakan adalah obat mujarab bagi segala kebersedihan. Lupakan kemudian diam.
Sebab aku telah mengosongkan diriku, aku diam tak pernah mempertanyakannya. Hanya kau yang kutahu selalu merengek jawaban. Kelak, ketika kau dewasa nanti, kau akan tahu arti diam dan kekosongan dari segala harapan. Kau akan tahu rasanya hampa, yaitu keadaan dimana tak ada bahasa untuk mengerti.
Ibuku tersayang, senyumku kala itu.
Seperti katamu, aku akan diam dan melupakan, aku telah tumbuh dewasa dan tak lagi mempertanyakan. Tapi takkan kubiarkan aku kosong dari segala kehampaan dan harapan.
Aku tahu rasanya hampa, maka tak kubiarkan ia datang lagi, dan membuat hampa kedua kalinya.
Comments
Maafkan aku...