Skip to main content

Pintu Untukku

Suatu pagi pada Desember basah, aku; seorang teman, berkunjung.

Hai, kulihat dari jauh wajahmu seperti gula pasir, tentu saja aku tersihir, lalu aku mendatangimu, terlalu pagi memang, apa kau keberatan?

Sedang apa kau?

Hai, mengapa kau hanya terdiam? Untuk apa semua itu?

"Kak, aku sedang membuat pintu, sebuah pintu untukku, yang akan ku gunakan sebagai gerbang, menuju apa yang belum pernah kulihat di depan sana. Di hadapanku, aku ragu untuk membuka pintu ini. Aku nihil apa yang ia sediakan; mungkin ada matahari yang siap membakar. Mungkin ada awan hitam yang siap memuntahkan air hujan. Mungkin ada angin yang sedang mengamuk. Mungkin ada pucuk pohon yang akan segera rubuh. Mungkin ada rembulan yang kesepian. Atau mungkin pintu ini sulit kubuka."

Hei… hei… Gelas itu bukan setengah kosong, tapi setengah penuh. Ingatlah sudah Sembilan belas pintu kau lalui bukan? Tidakkah itu juga sebuah keajaiban? Pikirkanlah akan banyak bunga, burung-burung berkicau di pundakmu, awan yang membentuk sekawanan domba, permen-permen manis yang belum pernah kau coba, juga bayangkan dirimu akan menari-nari di lapang yang benar-benar lapang ditemani kupu-kupu dan manis madu dari para lebah. Dan kau bagaikan seorang ratu.

Sekarang bukalah pintumu yang keduapuluh ini, atau jika kau ragu maka setidaknya intiplah melalui lubang kuncinya, akan ada banyak hal yang menantimu untuk kau lalui. Dan wajahmu masih seperti gula pasir yang kujumpai tadi pagi…


Happy birthday "Pipit"

Comments

Popular posts from this blog

#Day 7: Daisy, Kumbang dan Matahari Bercerita pada Taman

Than there to look upon the daisy, That for good reason men do name The ‘day’s-eye’ or else the ‘eye of day,’ The  Empress,  and flower of flowers all. I pray to God good may her befall.   ~Chaucer   Adalah bunga liar nan tumbuh bergerombol, kecil-kecil dengan warna putih dan nektarnya yang kuning, semarak menghiasi taman dengan kemilau yang mengharmonisasi hijau daun dan alang-alang. Ia selalu ingin bisa seperti mereka yang indah dan anggun menghiasi taman. Ia kemudian hanya bisa tersenyum simpul, tangkai dan kelopaknya berdansa kian kemari tatkala angin semilir meniup kehidupannya yang nyaris sempurna. Chaucer berfilosofi, daisy adalah "the day's eye" matanya hari, matahari. Ia mencuri bentuk Matahari. Bentuknya menyerupai mata sang hari, yang begitu indah menerangi. Tapi di sudut taman ini, ada setangkai Daisy yang merasa kelabu, harapannya kosong. Daisy yang tidak pernah bisa percaya diri, Daisy yang tidak pernah bisa melihat bahwa dirinya sa...

"Bagai Pasir di Tanah itu, Aku Tak Harus jadi Penting" (Seno Gumira)

Saya mengutip dari Seno Gumira "Bagai pasir di tanah itu, saya tak harus jadi penting." Karena saya adalah hanya saya, dan kesayaan inilah yang mungkin membuat saya berfikir bahwa saya tidaklah harus menjadi penting dan dipergunjingkan. Ini adalah hidup saya. Saya yang menjalaninya dan sayalah pula yang akan menanggung akibat dari baik atau buruknya suatu perbuatan yang saya lakukan, dan saya mencoba sangat untuk bertanggung jawab atas itu semua. Lalu anggaplah saya hanya sebagai pasir yang terhampar pada gundukan tanah itu, tak ada gunanya memperhatikan saya karena saya hanyalah materi yang mungkin sama dan tak penting. Tapi kenapa sepertinya kehidupan saya menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Saya tidak sedang merasa sebagai selebritis, tapi saya hanya merasa kehidupan saya yang sudahlah amat cukup terisolasi oleh ketidakhadiran dan ketidakpentingan saya, menjadi terusik. Sebenarnya pula saya bisa saja tidak peduli akan semua itu, seperti ketidakpedulian mereka terha...