Skip to main content

Being Happy (I)

Siapa sih orang di dunia ini yang maunya sengsara aja?

Saya rasa tidak ada, meskipun kesengsaraan atau kesialan itu tidak dapat kita hindari dalam hidup. Seperti yang Albus Dumbledore bilang dalam film Harry Potter; "This pain is part of being human … the fact that you can feel pain like this is your greatest strength." Kesengsaraan adalah bagian dari hidup manusia, kesengsaraan tersebutlah yang membuat manusia justru menjadi kuat. Betul memang…

Tapi terlepas dari kesengsaraan atau kesialan ataupun penderitaan atau apalah namanya yang membuat kita kuat dalam menjalani hidup, tentu merasakan penderitaan hingga berlarut-larut sedih sangat ingin kita hindari.

Yang kebanyakan dari kita inginkan dalam hidup adalah merasa bahagia, ataupun menjadi kebahagiaan itu sendiri. Setuju gak?? Well, saya ada tips nih untuk sedikit endure the feeling of pain and be happy. Tipsnya sangat sederhana yang bisa membuat kita merasa senang, dan bisa kita lakukan sehari-hari. Oya, tips ini saya dapatkan dari http://female.kompas.com/

Pukul 09.00: Minum teh hijau. Mereka yang minum minimal 4 gelas teh hijau dalam sehari berisiko 44 persen lebih rendah mengalami depresi. Senyawa theanine bisa mendorong produksi serotonin dan membuat kita lebih nyaman.

Pukul 12.00: Mulai proses detoks. Bawalah bekal makan siang berupa makanan yang juga bisa membantu mengeluarkan racun dari tubuh. Misalnya, buah, sayuran segar, ikan, dan gandum utuh.

Pukul 16.00: Jalan sore. Mereka yang aktif bergerak punya kadar endorfin lebih banyak. Hormon ini bisa meningkatkan mood. Lakukan jalan sore santai, setiap hari, kira-kira 20 menit.

Pukul 19.00: Asup zat besi di malam hari. Jika kita memenuhinya dari suplemen, minumlah itu saat makan malam agar penyerapannya maksimal. Apabila kita sedang mengalami gejala perimenopause, maka pastikan suplemen itu mengandung setidaknya 18 mg zat besi.

Pukul 22.00: Tulis diary. Sebelum tidur, sediakan waktu untuk menuliskan tiga kejadian menyenangkan pada hari itu. Ini akan menjadi pengingat bahwa kita adalah orang yang positif.

Well, sepertinya tips itu cocok untuk para perempuan yang terkadang sering merasa tidak bahagia. Bolehlah dicoba!

Selamat mencoba.


 

By the way, saya masih mau menulis sesuatu tentang Being Happy, sesuatu yang sangat "elusive" tapi nanti atau besok ya. Sekarang saya sudah sangat mengantuk. Namun saya bahagia… (ya, setelah apa yang menimpa saya, apapun itu saya mencoba untuk tetap bahagia)

Bye

Comments

Popular posts from this blog

#Day 7: Daisy, Kumbang dan Matahari Bercerita pada Taman

Than there to look upon the daisy, That for good reason men do name The ‘day’s-eye’ or else the ‘eye of day,’ The  Empress,  and flower of flowers all. I pray to God good may her befall.   ~Chaucer   Adalah bunga liar nan tumbuh bergerombol, kecil-kecil dengan warna putih dan nektarnya yang kuning, semarak menghiasi taman dengan kemilau yang mengharmonisasi hijau daun dan alang-alang. Ia selalu ingin bisa seperti mereka yang indah dan anggun menghiasi taman. Ia kemudian hanya bisa tersenyum simpul, tangkai dan kelopaknya berdansa kian kemari tatkala angin semilir meniup kehidupannya yang nyaris sempurna. Chaucer berfilosofi, daisy adalah "the day's eye" matanya hari, matahari. Ia mencuri bentuk Matahari. Bentuknya menyerupai mata sang hari, yang begitu indah menerangi. Tapi di sudut taman ini, ada setangkai Daisy yang merasa kelabu, harapannya kosong. Daisy yang tidak pernah bisa percaya diri, Daisy yang tidak pernah bisa melihat bahwa dirinya sa...

"Bagai Pasir di Tanah itu, Aku Tak Harus jadi Penting" (Seno Gumira)

Saya mengutip dari Seno Gumira "Bagai pasir di tanah itu, saya tak harus jadi penting." Karena saya adalah hanya saya, dan kesayaan inilah yang mungkin membuat saya berfikir bahwa saya tidaklah harus menjadi penting dan dipergunjingkan. Ini adalah hidup saya. Saya yang menjalaninya dan sayalah pula yang akan menanggung akibat dari baik atau buruknya suatu perbuatan yang saya lakukan, dan saya mencoba sangat untuk bertanggung jawab atas itu semua. Lalu anggaplah saya hanya sebagai pasir yang terhampar pada gundukan tanah itu, tak ada gunanya memperhatikan saya karena saya hanyalah materi yang mungkin sama dan tak penting. Tapi kenapa sepertinya kehidupan saya menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Saya tidak sedang merasa sebagai selebritis, tapi saya hanya merasa kehidupan saya yang sudahlah amat cukup terisolasi oleh ketidakhadiran dan ketidakpentingan saya, menjadi terusik. Sebenarnya pula saya bisa saja tidak peduli akan semua itu, seperti ketidakpedulian mereka terha...