Skip to main content

Ghost of You

You know what, so quiet today. You didn't call nor answer, you didn't text nor reply, you didn't tweet nor DM-ing. You didn't even whisper to me… What's wrong? :@

I was hysterically panicked. I walked alone across those streets. :~ Swinging… Singing… losing control of self consciousness, holding the resentment of absurd clarity of your exist nihilism, beating the restless of stupidity and thought of you, or drawing the confusion of water falling from my pitiful eyes, yet those were I was doing.

Laugh at me, it was so fucking hilarious. :r

Darn…!

You haven't come to me in form yet. But you're always here. You're a ghost. You're a ghost of my imagination. You're my lover. You're my heroin. You're damn ghost. You're you. And I love you. Still you're ghost. Yeah I, myself had made you ghost.

But Honey, though it's so silent today I felt you'd followed me. You followed me into the class, you followed me walking across those streets, you followed me jumping to one occasion of past to another. You followed me or guided me?? Or vice versa? Or even I did?? But then, I could feel your hands hold mine; I could see your evil smile jeopardized my conscious mind; I could embrace your warmth in the comfortable way.

:k You know what? Knowing that meeting, talking, or chit-chatting with you will be the bestest things ever happened to me. :$

But right now, in this moment. I want to stop wanting you. I want to stop feeling twisty pain at having a day alone.

Teng Tooong…!!!

Pretty (damn) sure, honey :k

I have a PMS. :v

Comments

Popular posts from this blog

"Bagai Pasir di Tanah itu, Aku Tak Harus jadi Penting" (Seno Gumira)

Saya mengutip dari Seno Gumira "Bagai pasir di tanah itu, saya tak harus jadi penting." Karena saya adalah hanya saya, dan kesayaan inilah yang mungkin membuat saya berfikir bahwa saya tidaklah harus menjadi penting dan dipergunjingkan. Ini adalah hidup saya. Saya yang menjalaninya dan sayalah pula yang akan menanggung akibat dari baik atau buruknya suatu perbuatan yang saya lakukan, dan saya mencoba sangat untuk bertanggung jawab atas itu semua. Lalu anggaplah saya hanya sebagai pasir yang terhampar pada gundukan tanah itu, tak ada gunanya memperhatikan saya karena saya hanyalah materi yang mungkin sama dan tak penting. Tapi kenapa sepertinya kehidupan saya menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Saya tidak sedang merasa sebagai selebritis, tapi saya hanya merasa kehidupan saya yang sudahlah amat cukup terisolasi oleh ketidakhadiran dan ketidakpentingan saya, menjadi terusik. Sebenarnya pula saya bisa saja tidak peduli akan semua itu, seperti ketidakpedulian mereka terha...

#Day 5: Kamu di mana?

Kamu di mana? Tolong kembalilah. Tidak tahukah engkau sedari tadi aku gusar, gundah gulana, dan mencak-mencak tak keruan mencarimu. Aku butuh kamu. Tadinya aku pikir kamu sudah berada di kamarku. Lalu aku pun mencari-cari di tiap sudut kamarku. Tapi kau tak terlihat juga. Padahal baru saja kita berbincang-bincang di ruang tamu bukan? Aku hanya meninggalkanmu sebentar saja, kau sudah menghilang. Aku bertanya pada ibu. Ia bilang mungkin kamu ada di kebun bunga matahari. Ehmm mungkin sih.  Ibu terlihat ragu. Aku pun akhirnya berlarian ke kebun bunga matahari. Tapi ternyata fiktif. Itu kebun biasa. Tak ada bunga, tak ada matahari, karena hari sudah malam. Dan kamu pun tak ada di sana. Aku bertanya pada Bapak. Ia menjawab sambil hening membaca koran tentang berita kenaikan harga cabe keriting dan kol gepeng di tanah air. Ia lebih tertarik akan berita ekonomi daripada menjawab pertanyaanku dengan benar. Ia cuma bilang. Mungkin di kamar mandi. Acuh. Aku menuj...