Pagi muncul seperti biasa disambut ritual ayam-ayam yang berkokok, para prenjak yang berjingkat bersiulan, bunga-bunga terompet ungu dan anyelir putih yang baru saja bermekaran mengundang tarian kupu-kupu di sekelilingnya. Parade pagi yang indah. Di ujung sana setetes Embun baru, bertengger pada tepi daun bunga melati, tidak berwarna, namun berkelip indah bagai intan berlian, memberikan kesegaran bagi tiap-tiap nyawa yang disinggahinya. Ia memerhatikan takjub dunia yang menghampar di depannya. Parade pagi yang indah. Apakah pagi selalu indah seperti ini? Tanyanya. Ya, aku selalu indah seperti ini, segar, sejuk, damai, karena kamu. Pagi menyahut. Setetes Embun yang bertengger di tepi daun bunga melati tersenyum. Tanpa ia sadari Pagi sedari tadi memandangnya menari gemulai membasahi dedaunan. Pagi berkilauan. Dunia baru muncul. Mulai berbenah menyambut hari yang akan segera datang. Pagi berterima kasih pada tetes-tetes Embun yang membuatnya berkilauan. Aku